Debat Pilgub Jatim, Pengamat Prediksi Akan Berjalan Seru
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur akan menggelar debat publik pertama Pilgub Jatim di Graha Unesa, Surabaya, Jumat 18 Oktober 2024 malam nanti.
Di mana, pada debat publik pertama ini, KPU dan tujuh panelis mengangkat tema Transformasi Sosial dan Peningkatan Produktivitas Sumber Daya Lokal untuk Kesejahteraan Masyarakat Jatim.
Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam mengatakan debat menjadi salah satu sarana penting untuk melakukan sosialisasi kepada publik.
Ia memprediksi, jalannya debat pertama ini akan lebih seru dan banyak ditonton oleh massyarakat.
“Makanya debat perdana selalu penting dan mengesankan pemirsa. Jadi, penampilan perdana akan menentukan hasil debat. Maka, seyogyanya kandidat melakukan persiapan dan bisa menunjukkan performa maksimal di debat perdana. Walau harus diakui debat publik biasanya hanya berpengaruh di kisaran 5-10 persen saja untuk elektabilitas,” ujar Surokim.
Debat di Indonesia, lanjut Surokim, bukan soal pintar-pintaran kandidat, tetapi lebih banyak mengenai impresi publik dan bagaimana kandidat dalam waktu yang terbatas bisa menjelaskan konten dan konteks pertanyaan yang menarik atensi publik.
Namun, ia juga mengingatkan di Indonesia, khususnya ini ada high content politics dan low content politics. Di mana, dalam high content politik di mana low profile, ketenangan, kebijaksaaan, dan kearifan itu kerap menentukan dan meraih simpati dukungan publik.
“Untuk bisa mendapatkan impresi dalam debat publik itu, saya pikir penguasaan data, best practice dan future practice penting untuk dikuasai dan dikembangkan. Kandidat tidak perlu menyerang personal, tapi lebih banyak menyuguhkan data dan positif campaign,” tuturnya.
Sementara itu, melihat tiga kandidat yang ada. Debat berpotensi akan berjalan seru karena ketiganya memiliki kemampuan sesuai tema yang ada.
“Ini akan seru, khususnya palson 2 dan 3 karena masing-masing punya pengalaman dan kelas yang hampir sama baik dari segi ketokohan maupun sebagai pemimpin publik. Tinggal bagaimana gaya komunikasi yang dikembangkan. Apalagi ketiganya adalah perempuan, biasanya akan lebih reaktif dan detail,” pungkasnya.