Debat Pamungkas Pilgub Jatim, Tiga Paslon Diadu Soal Infrastruktur hingga Lingkungan Hidup
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur akan menggelar debat ketiga bagi pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim di Grand City Convention Hall, Surabaya, Senin 18 November 2024 malam. Ini merupakan gelaran debat terakhir yang difasilitasi KPU di masa kampanye ini.
Komisioner KPU Jatim, Nur Salam mengatakan pada debat terakhir ini pihaknya mengusung tema Akselerasi Pembangunan Infrastruktur, Interkonektivitas Kewilayahan, dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup untuk Mewujudkan Jatim sebagai Episentrum Ekonomi Kawasan Indonesia Timur.
“Dari tema tersebut ada delapan sub tema yang jadi topik pembahasan dalam debat,” kata Nur Salam.
Adapun delapan sub tema itu antara lain infrastruktur transportasi dan telekomunikasi; infrastruktur permukiman, air minum bersih, dan persampahan; infrastruktur ketenagalistrikan dan energi terbarukan; serta pemerataan konektivitas antar wilayah.
Kemudian, perencanaan wilayah dan tata ruang terintegrasi; perubahan iklim; pertambangan dan komitmen ekonologis; terakhir terkait pengawasan dan penegakan hukum lingkungan hidup.
“Dari delapan sub tema tersebut maka ada 24 pertanyaan yang disiapkan oleh panelis,” kata Salam.
Untuk itu, pihaknya menggandeng delapan panelis berlatarbelakang akademis. Yakni, Prof Abdul Chalik merupakan ahli politik lokal dan politik islam dari UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Bayu Dwi Anggono pakar hukum tata negara ilmu perundang-undangan Universitas Negeri Jember, Prof Andi Kurniawan merupakan ahli teknologi eko-akuatik/eksplorasi sumber daya dan lingkungan perairan dari Universitas Brawijaya.
Selain itu, Dr Suko Widodo merupakan ahli media dan komunikasi publik dari Universitas Airlangga, Zainul Aripin selaku akademisi dan praktisi pemberdayaan masyarakat dari STIKES Bahrul Ulum Tambakberas, Dr Bambang Sigit Widodo selaku ahli kebijakan pendidikan berbasis data geospasial dari Universitas Negeri Surabaya, dan Yuventia Prisca Diyanti Todalani Kalumbang ahli filsafat kritis dan komunikasi publik dari Universitas Negeri Malang.
Advertisement