Debat Capres AS, Donald Trump Tetap Salahkan China soal Covid-19
Virus corona (Covid-19) menjangkiti sebantak 33,5 juta penduduk dunia. Pasien meninggal akibat Covid-19 mencapai 1,01 juta. Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara nomor satu dengan sebaran virus corona mencapai 7,22 juta. Sedangkan data pasien meninggal sebanyak 206 ribu.
Presiden Donald Trump tak terima dituding Joe Biden, rivalnya dalam debat calon Presiden (capres) AS tidak becus menangani sebaran virus corona.
"Dia (Donald Trump) tidak memiliki rencana (menangani pandemi), dia tidak merencanakan apa pun meski dia tahu sejak Februari betapa seriusnya virus ini," ucap Joe Biden dalam debat di Case Western Reserve University and Cleveland Clinic, Ohio, yang disiarkan langsung pada Selasa 29 September 2020 malam waktu setempat, atau Rabu pagi waktu Indonesia.
Menanggapi tudingan itu, Donald Trump pun berkelit. Ia kembali menyalahkan China sebagai biang kerok pandemi Covid-19.
"Jika kita mendengarkan Biden, negara ini akan dibuka lebar dan jutaan orang telah meninggal, bukan 200 ribu orang. Satu persen terlalu banyak dan ini adalah salah China, mereka seharusnya menutup perbatasan masuk. Ini adalah salah China," jawab Donald Trump.
Donald Trump menyebut bahwa tanggung jawab untuk menghentikan penyebaran Covid-19 ada di pundak China, dan sejak awal Negeri Tirai Bambu harusnya menyetop penyebaran pandemi.
Joe Biden langsung membalas, Donald Trump seharusnya memiliki rencana jelas dalam menghadapi pandemi.
Alasan Donald Trump tak menganggap serius virus karena tak mau membuat masyarakat AS panik dinilainya tak dapat diterima. "Kalian (orang AS) tidak panik, tapi dia lah (Trump) yang panik," ucap Joe Biden.
Lebih lanjut, Donald Trump menyoroti soal ketidakterbukaan negara-negara seperti China, Rusia, dan India soal angka infeksi Covid-19. Menurut dia, negara-negara tersebut tak transparan soal angka positif.
"Saat kau bicara soal angka, kau tak tahu berapa banyak orang meninggal di China, Rusia, India. Mereka tidak memberimu perhitungan pasti, asal kau tahu," kata Donald Trump.