De Koloniale, Destinasi Wisata Buat Transit Wisatawan di Blitar
Nama De Koloniale mengingatkan kita pada penjajahan Belanda. Tapi ini merupakan cafe and resto yang memanfaatkan bangunan peninggalan zaman Belanda.
Lokasinya di Jalan Tanjung, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, Jawa Timur.
Agung Hidayanto selaku pengelola usaha kuliner itu mengatakan, bangunan kuno yang menjadi cagar budaya tersebut, boleh dikelola untuk dirawat.
“Kami memperoleh izin mengelola, untuk merawat bangunan bersejarah cagar budaya De koloniale” terangnya kepada Ngopibareng.id.
Agung menceritakan awal mula berdirinya Cafe and Resto De Koloniale di bekas kantor VOC. "Ini bangunan tadinya berupa Kantor VOC tahun 1838," terangnya.
Agung sendiri mengelola lokasi tersebut pada akhir tahun 2021. Waktu itu, dia mengelola bangunan kuno cagar budaya tersebut melalui takeover dari pengelola sebelumnya.
"Bangunan cagar budaya De Koloniale mulai dimanfaatkan menjadi kafe sejak tahun 2018," jelasnya.
Menurut Agung, mengelola cagar budaya menjadi obyek wisata tidak sama dengan mengelola kafe atau restoran pada umumnya.
Ia harus kreatif. Di mana pihaknya harus bisa menjalankan bisnis yang sifatnya komersial sekaligus merawat bangunan kuno bekas zaman penjajahan.
Agung menjelaskan, pengelola obyek cagar budaya mempunyai tanggung jawab untuk merawat agar obyek sejarahnya tidak rusak dan tetap sesuai aslinya.
"Termasuk perlengkapan kafe dan restoran ini juga harus menyesuaikan bangunan kuno yang melekatnya," tambahnya
De Koloniale saat ini sudah menjadi salah satu tempat tujuan wisata di Kota Blitar, diantara tujuan wisata rangkaian City Tour bahkan dibilang menjadi tempat transit wisatawan dari luar daerah ke Blitar.
Agung menyebut destinasi wisata City Tour meliputi makam Bung Karno, Istana Gebang, Kampung Coklat, Candi Penataran, Kebun Kopi Karanganyar, Blitar Park, Masjid Arrahman, dan kebun Blimbing Karangsari.
"Mayoritas pengunjung di cafe and resto De Koloniale 80 persen merupakan wisatawan dari luar daerah Blitar," jelasnya.
Saat ini, Agung bekerja sama dengan berbagai biro traveling dan komunitas Driver Mobil Elf untuk menjaring para wisatawan mampir ke tempat usahanya.
"Paket City Tour merupakan paket wisatawan yang bisa ditempuh dalam rentang waktu satu hari," terangnya
Agung menyebutkan beberapa menu yang bisa dinikmati para wisatawan di tempat cagar budaya yang dirubah menjadi Cafe and Resto tersebut berupa menu- menu yang berbau kolonial, masakan china dan masakan Jawa Timur.
Bahkan kebanyakan wisatawan lebih suka menu-menu masakan rumahan berupa sayur lodeh, lodho, dan pecel.
Di Cafe and Resto De Koloniale tersedia parkir yang luas, terdapat mushola yang luas, toilet yang memadai dan menu menu masakan buat sarapan pagi maupun siang yang terjangkau oleh pengunjung dengan harga Rp 20.000 per pack
Selain itu, De Koloniale menyediakan lokasi rapat dinas dengan fasilitas khusus di ruangan yang dibangun dengan arsitektur model zaman pemerintahan Penjajahan Belanda.
Rombongan wisatawan luar daerah yang panitianya belum mengenal potensi wisata Blitar, Agung mengatakan, tersedia gaet lokal yang akan mengantarkan ke lokasi wisata terbaik di Blitar.
Selama mengelola bangunan Belanda, Agung menyebut omsetnya tidak tergantung dari jumlah pengunjung. "Kadang pengunjung ya sedikit, tetapi omsetnya banyak, kadang jumlah pengunjung besar tetapi omsetnya sedikit," jelasnya.
"Kadang rombongan wisatawan selain melihat destinasi wisata, di De Koloniale hanya minum. Ada juga yang paketan. Boking sekalian makan siang atau makan malam. Tidak lebih dari 20 persen," sambung Agung.
Agung menyebut, wisatawan yang datang kebanyakan melihat bangunan bersejarah dan mampir ke pusat oleh-oleh khas Blitar.