DBD Meningkat 100 Persen, RSUD Probolinggo Tambah Fasilitas
Serangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di puncak musim hujan di Kabupaten Probolinggo semakin gencar. Dibandingkan bulan yang sama, Januari 2018 silam, sebulan terakhir jumlah pasien DBD meningkat sekitar 100%.
“Jumlah pasien DBD memang meningkat tajam dibandingkan setahun lalu di bulan yang sama. Peningkatan angka penderita DBD ini seolah mengikuti siklus tiga tahunan,” ujar Direktur RSUD Waluyo Jati, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, dr Endang Astuti, Rabu, 6 Februari 2019.
Dilaporkan pada Januari 2019, sebanyak 43 pasien DBD menjalani rawat inap (opname) di RSUD Waluyo Jati. Dibandingkan tahun lalu (2018) di bulan yang sama, Januari, jumlah pasien DBD sebanyak 27 orang.
Berdasarkan pantuan di RSUD Waluyo Jati, Rabu, 6 Februari 2019, sebanyak 14 orang menjalani perawatan karena terjangkit DBD. Pasien sebanyak itu, 11 orang dirawat di Ruang Dahlia, 1 orang dirawat di Ruang Melati, 1 orang dirawat inap di Ruang Tengger, dan 1 pasien dirawat di Ruang Mawar.
Humas RSUD Waluyo Jati, Kraksaan, Ahmad Sugianto mengakui, jika ada peningkatan siginifikan jumlah pasien DBD di tempatnya. Pada periode yang sama tahun lalu, jumlah pasien DBD masih di bawah 10 orang.
"Pasien DBD yang dirawat di sini persentasenya naik 63%, dan tidak menutup kemungkinan pasien DBD akan terus meningkat terkait puncak musim hujan," katanya. Antisipasi itu di antaranya dengan penambahan sarana dan prasarana di RSUD.
Hal senada diungkapkan Kasi Pelayanan Medik RSUD Waluyo Jati, Kraksaan, dr Adi Nugroho. Pihak rumah sakit sudah menyiapkan langkah antisipatif terkait banyaknya pasien DBD. Langkah itu berupa penambahan sarana dan prasarana ruang perawatan.
Bahkan demi mempersiapkan ruangan bagi pasien DBD, pihak RSUD mempersilakan pasien yang mengalami demam biasa agar dirawat jalan. “Tujuannya agar semua pasien DBD bisa kami tangani dengan baik,” ujarnya.
Terkait merebaknya DBD, Kasi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Kabupaten Probolinggo, Dewi Veronica mengatakan, hal itu menunjukkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) belum maksimal.
"PSN bukan hanya sekadar membersihkan lingkungan, seperti memotong rumput, membuang sampah saja. Tetapi juga perlu memperhatikan genangan air di sekitar kita dan juga ada unsur 3-M plus yakni, Menutup, Mengubur, Menguras. Dan plusnya itu semisal kita gunakan cairan anti nyamuk," kata Dewi.
Jika PSN kurang maksimal, Dewi khawatir jumlah pasien DBD akan terus meningkat di saat puncak musim hujan. Soalnya di musim hujan nyamuk betina semakin gencar bertelur.
“Yakni, dalam sekali bertelur mampu mengeluarkan sebanyak 150 telur, dan itu berlangsung selama sepekan,” ujar perempuan kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur itu.
Dewi menambahkan, nyamuk betina bertelur dalam satu bulan sebanyak empat kali dalam perkembangbiakannya. “Kalau ditotal dalam satu bulan, nyamuk betina mampu mengeluarkan sebanyak 600 telur, dan hanya membutuhkan 12 hari bagi nyamuk jentik menjadi nyamuk dewasa," kata
Kalau Direktur RSUD Waluyo Jati hanya melaporkan sebanyak 43 pasien DBD yang dirawat di rumah sakitnya, Dewi memiliki data semua pasien DBD di Kabupaten Probolinggo. Mulai Januari 2019 hingga kini, sudah terdata sebanyak 90 pasien DBD, dengan 1 pasien yang meninggal dunia.
“Kalau kita bandingkan dengan persentase pada Januari 2018, ini sudah bisa dikatakan ada kenaikan 100%," ujarnya. Yang jelas, pasien DBD didominasi usia 15-40, disusul usia 9-14 tahun terakhir kalangan balita. Tetapi pada 2019 didominasi anak-anak," katanya. (isa)