DBD Mengganas di Probolinggo, 224 Dirawat 5 Meninggal
Kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD) di Kabupaten Probolinggo semakin merajalela. Dalam tiga bulan terakhir (hingga minggu ketiga Maret) mencapai 244 penderita dan sebanyak 5 pasien di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Yang mengkhawatirkan, terjadi peningkatan jumlah pasien DBD pada Maret 2019 ini. Selama Januari-Februari 2019, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mencatat, sebanyak 144 warga dirawat di RSUD dan Puskesmas karena DBD. Selama kurun waktu dua bulan itu sebanyak empat orang dilaporkan meninggal dunia karena DBD.
"Yang mengkhawatirkan pada Maret ini, tidak sampai sebulan sudah ada tambahan dua kali lipat atau sebanyak 100 pasien baru DBD," Kasi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Kabupaten Probolinggo, dr Dewi Veronica, Kamis, 21 Maret 2019.
Selama tiga pekan terakhir di bulan Maret ada seorang pasien DBD meninggal dunia. Sehingga secara keseluruhan (tiga bulan terakhir) dilaporkan sebanyak 244 pasien DBD dengan lima di antaranya meninggal dunia.
"Saya memprediksi jumlah pasien DBD masih bisa bertambah mengingat musim hujan masih berlangsung," ujar dr Dewi.
Pada musim hujan, kata dokter kelahiran Balikpapan, Kaltim itu, nyamuk betina semakin gencar bertelur. Seekor nyamuk dalam sekali bertelur mampu mengeluarkan sebanyak 150 telur, dan itu berlangsung selama sepekan.
Dewi menambahkan, nyamuk betina bertelur dalam satu bulan sebanyak empat kali dalam perkembangbiakannya.
"Kalau ditotal dalam satu bulan, nyamuk betina mampu mengeluarkan sebanyak 600 telur, dan hanya membutuhkan 12 hari bagi nyamuk jentik menjadi nyamuk dewasa," kata dr Dewi.
Berbagai cara dilalukan Dinkes untuk menekan perkembangbiakan nyamuk. Di antaranya dengan pengasapan (fogging). Selama 2019 ini, Dinkes sudah melakukan fogging sekitar 50 kali di berbagai tempat di Kabupaten Probolinggo.
Terkait merebaknya DBD, dr Dewi menilai, hal itu menunjukkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) belum maksimal.
"PSN bukan sekadar membersihkan lingkungan, seperti memotong rumput, membuang sampah saja. Tetapi juga perlu memperhatikan genangan air di sekitar kita dan juga ada unsur 3-M plus yakni, Menutup, Mengubur, Menguras. Dan plusnya itu semisal kita gunakan cairan anti nyamuk," kata Dewi.
Berdasarkan catatan, pada tiga tahun terakhir di Kabupaten Probolinggo, jumlah tertinggi penderita DBD pada 2016 dengan 487 pasien. Lalu tahun 2017 sebanyak 241 pasien dan tahun 2018 sebanyak 80 pasien.
"Sementara di tahun 2019, hingga minggu ketiga Maret jumlah penderita DBD sudah mencapai 244 orang,” ujar dr Dewi. (isa)
Advertisement