Daya Magis Komunitas Reog di Surabaya Vaganza 2018
Surabaya Vaganza atau Parade Budaya dan Bunga yang digelar untuk meriahkan hari jadi kota Surabaya ke-725, sukses menarik perhatian masyarakat Surabaya, terutama di kawasan Taman Bungkul, yang menjadi tempat finish.
Sekitar ribuan masyarakat memadati Taman Bungkul sejak Minggu (6/5/2018) pagi, termasuk saya dari ngopibareng.id. Kami memadati di sisi jalur kiri, sementara di sisi jalur kanan masih terbuka untuk arus lalu lintas.
Tampak petugas Satpol PP menjaga setiap aral tepi jalan dan jalur tengah. Setiap pedestrian dipasangi pembatas tali rafia. Sementara jalur tembus menjadi areal parkir.
Tanpa kenal lelah, petugas Satpol PP mengingatkan penonton untuk tidak menginjak taman. Warga pun turut meringankan tugas tersebut dengan meneriakkan kata ‘Huuu…’ setiap kali ada warga yang nekat menginjak-injak taman.
Iring-iringan pawai mulai di jalan Pahlawan (Tugu Pahlawan) pukul 08.00 WIB. Lokasi akhirnya, di taman Bungkul. Jarak yang ditempuh para peserta sejauh 6,6 Kilometer.
Peserta Surabaya Vaganza terdiri dari 83 grup iring-iringan dari mobil Parade bunga, drumband, pasukan Jayengrono, pasukan Cakraningrat, fashion carnival, barisan remo, reog, jaranan, barongsai, arak-arakan Manten Pegon, sepeda tua, barisan komunitas budaya, barisan pelajar, perwakilan wilayah Surabaya, dan perwakilan daerah-daerah dari Bali, Bogor, NTT, Papua, Kawanua, Lampung, Makasar, Tapanuli, dan lain-lain.
Selain itu, sejumlah perwakilan budaya kota dari 7 negara Asia Pasifik juga turut memeriahkan acara. Antara lain, Vietnam, Kamboja, India, Myanmar, Thailand, Tiongkok, dan Jepang. Tak hanya peserta pawai. Sebanyak 100 perwakilan kota dan gubernur negara-negara anggota United Nation Children's Fund (UNICEF) juga hadir.
Sementara itu, komunitas Reong di Surabaya cukup menyita perhatian penonton. Reog adalah kesenian daerah asli Indonesia yang berasal dari Kota Ponorogo, Jawa Timur.
Meski berada diurutan kedua dar belakang, semangat penari Dadak Merak tak kendor. Mereka dengan gagahnya membopong topeng kepala harimau yang berukuran sangat besar.
Topeng kepala harimau ini disebut juga Dadak Merak (Barongan) yang mempunyai ukuran sangat besar, lebih dari 50 Kilogram.
Ketika ditanya rahasianya mengapa penari Dadak Merak bisa mengangkat beban seberat lebih dari 50 Kilogram, Pak Hidayat hanya tersenyum. Anggota dari Mangku Joyo dari Kampung Reong, di kawasan Gubeng Surabaya ini, sempat berhenti sejenak sebelum mendapat arahan panita untuk tampil dihadapan Bu Risma dan para tamu kehormatan di garis finis, Taman Bungkul, tepat pukul 12 siang.
Di usianya yang tak muda, Pak Hidayat mampu membawa beban seberat 50 Kg lebih itu dengan cara di panggul di pundak dan menyangganya di leher serta menahan topeng tersebut dengan kekuatan gigitan. Tanpa latihan secara khusus, mustahil orang biasa bisa membawa topeng kepala harimau seberat itu. Apalagi jika ada salah satu tamu bersedia dan berani untuk naik di atas kepala harimau tersebut.
Menurut Pak Hidayat, terdapat latihan fisik dan spiritual yang harus di lakoni oleh penari Dadak Merak tersebut. Latihan fisik yang harus di jalani adalah mengangkat batang bambu yang berisi besi cor. Bambu tersebut harus di angkat dengan cara di gigit. Dengan posisi mirip sit-up sang penari harus bergerak naik-turun sambil mengangkat beban tersebut.
Untuk latihan spiritual, biasanya di lakukan dengan cara berpuasa selama 3 hari. Pada puasa hari pertama dan kedua penari Dadak Merak hanya boleh makan nasih putih dan minum air putih. Pada hari ketiga harus berpuasa penuh (24jam tidak makan dan minum).
Biasanya dalam satu grup pertunjukan, terdiri dari satu atau lebih dari penari kepala harimau yang di sebut Barongan, pasukan kuda lumping yang di sebut Jathilan, tokoh manusia dengan ciri khas berkumis tebal dan membawa cambuk yang di sebut Warok, Bujang Ganong yang ciri memakai topeng dan berpenampilan jenaka dan terakhir adalah Klono Sawendono yang merupakan sosok raja dengan senjata khasnya berupa cambuk.
Dengan gerakan yang terpadu dan rancak, para penonton tidak akan bosan untuk menikmati sajian Reog ini. Adakalanya di pertunjukan reog juga di bumbui oleh atraksi magis. Atraksi itu bisa berupa makan beling dan menusukkan benda logam ke tubuh penari. (*)