Lama Mendekam di Mako Brimob, Ahok Malah Bersyukur
Gubernur DKI Jakarta periode 2014-2017, Basuki Tjahaja Purnama atau sering dipanggil Ahok menghadiri acara Seminar Wawasan Kebangsaan berjudul ‘Dari Aku untuk Indonesiaku’ yang diselenggarakan di Universitas Kristen Petra, Surabaya, Senin 19 Agustus 2019.
Ahok yang menggunakan kemeja batik biru, disambut meriah seluruh mahasiswa UK Petra yang hadir dalam acara tersebut. Ada sekitar 1000 peserta lebih yang memadati Auditorium Kampus Petra.
Kehadiran Ahok di acara tersebut menjadi pembicara bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005 Ahmad Syafii Maarif dan mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila periode 2017-2018 Yudi Latief.
Ahok berterimakasih kepada civitas akademika UK Petra yang mengundang untuk datang ke Surabaya dan menceritakan pengalaman hidup. Selain itu, ia juga berterimakasih kepada Syafii Maarif yang selalu membela Ahok ketika tersangkut kasus penistaan agama Islam.
"Terimakasih kepada seluruh civitas akademika yang undang saya. Terlebih di sini ada Buya Maarif yang selalu membela saya saat itu. Bukan bela saya sih, tapi membela kebenaran," ujar Ahok sembari tertawa.
Selain itu, Ahok juga banyak menceritakan pengalamannya selama ditahan di Mako Brimob karena kasus penistaan agama pada tahun 2017. Katanya, selama di Mako Brimob, banyak belajar dalam segala hal, utamanya dari sisi kemanusiaan dan bersosialisasi dengan orang lain.
“Saya itu masuk Mako sangat bersyukur, saya merasa tak ditahan. Tapi bersekolah. Karena banyak sekali pelajaran yang saya dapat. Banyak sekali, mulai dari hal terkecil hingga yang menyangkut orang lain," katanya.
Ia menyadari banyak hal yang dilakukan selama ini yang menurutnya baik, tapi kurang baik di mata orang lain, khususnya saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Terutama saat dirinya dicap double-minority oleh orang-orang yang tak suka padanya. Menurutnya, orang-orang Tionghoa tak boleh merasa lebih Minority as Inferiority.
“Kita tidak boleh merasa lebih wah daripada orang lain. Saya belajar banyak dari Mako Brimob. Orang Tionghoa Kristen itu tidak boleh merasa minority as inferiority," ujar Ahok.
Meskipun pernah tersangkut masalah, ia berharap kepada generasi muda khususnya peranakan Tionghoa dan beragama non-muslim untuk tidak takut terjun ke dunia politik, apabila memiliki kemampuan yang bisa membawa perubahan terhadap negara Indonesia.
Menurutnya, bukan saatnya orang Tionghoa hanya berdagang, tapi waktunya mengabdikan diri ke negara dengan menjadi pejabat negara atau kepala daerah untuk memberi dampak signifikan terhadap majunya Indonesia.
“Anak muda-muda ini ngga usah takut untuk terjun ke dunia politik. Bukan saatnya lagi orang Cina berdagang. Masuk partai politik, berpolitik tidak masalah,” katanya.