Wisatawan Terpesona Kemolekan Panorama Gunung Agung
Bali masih mendominasi kunjungan wisata di Indonesia, meskipun Kementrian Pariwisata dengan gencar mempromosikan beberapa destinasi wisata unggulan di luar Bali. Menteri Pariwisata Arif Yahya mengakui untuk mengubah image Bali bukan satu-satunya destinasi wisata di Indonesia, bukan pekerjaan mudah, harus melalui kerja keras, supaya destinasi wisata di daerah lain juga juga diperhitungkan oleh wisatawan.
Menurut Mentri Pariwisata, Arif Yahya, selain Bali, Indonesia mempunyai destinasi wisata yang cukup mempesona seperti
Danau Toba (Sumatera Utara) , Taman Laut Bunaken (Sulawesi Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Kepulauan Raja Ampat (Papua Barat), Gunung Bromo (Jawa Timur), Pulau Komodo (Nusa Tenggara Timur), Candi Borobudur (Jawa Tengah) dan beberapa obyek wisata yang dikembangkan sejumlah daerah di Indonesia.
Banyuwangi misalnya, kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini juga memiliki sekitar 37 destinasi wisata, antara lain Pantai Merah, Pantai Rajegwesi, pantai Kelungkung serta penambangan belerang di Pegunungan Ijen.
Ada juga kesenian daerah seperti Gandrung Banyuwangi, yang beberapa kali mewakili Indonesia tampil di dunia internasional.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, waktu bertemu Ngopibareng.id sempat mengungkapkan ambisinya untuk menjadikan destenasi wisata di Banyuwangi sejajar dengan Bali. "Banyuwangi punya bandara, punya pantai dan tempat berselancar kelas dunia. Bedanya, di Banyuwangi tidak punya pure, seperti Bali, " kata Azwar.
Lebaran kemarin Ngopibareng.id sempat berkunjung ke Pura Lempuyang Luhur di Kabupaten Karanganyar.
.
Pura ini terletak di puncak bukit Bisbis atau Gunung Lempuyang. Sebuah Pura yang keberadaannya tergolong tua di Bali. Bahkan diperkirakan telah ada pada zaman pra Hindu – Budha.
Kata Lempuyang berasal dari kata ‘Lampu’ yang berarti Sinar dan ‘Hyang’ yang bermakna Tuhan, seperti Hyang Widhi. Jadi makna dari Lempuyang adalah sinar suci Tuhan yang terang benderang
Waktu masuk Pura Lempuyang Luhur ada tata cara yang harus diikuti dan beberapa hal yang dilarang untuk dilakukan pengunjung. Pengunjung harus memakai sarung, dilarang duduk di arca, wanita yang sedang haid dilarang masuk ke Pura Lampuyang. Dan satu lagi pengunjung dilarang berciuman di Pura yang disucikan ini, dengan suami sendiri sekalipun.
Dalam Pura ini terdapat Palinggih atau bangunan suci, yakni sebuah Padmasana yang terletak di bagian utara menghadap ke selatan sebagai Parhyang Bhatara Luhuring Akasa. Lalu dua buah bangunan suci lainnya berbentuk padmasana yang pondasinya menjadi satu terletak pada bagian timur menghadap ke barat. Dan yang sebelah utara sebagai Parhyangan Hyang Gnijaya dan yang di sebelah selatan sebagai Parhyangan para putera beliau.
Di samping itu terdapat arca Yudistira sebagai simbol kepemimpinan yang bijak, Bima sebagai simbol kekuatan, Arjuna sebagai simbol kecerdasan (intelektual), Nakula sebagai simbol hati yang baik, dan Saladewa sebagai simbol keramahan.
Pemandu Pura Lempuyang, Luhur I Gede, mengatakan di kawasan ini terdapat tujuh pura. Kalau dikunjungi semua akan menghabiskan waktu sekitar empat jam dan fisiknya harus kuat karena jalannya menanjak dan berliku. Sebagian besar pengunjung berhenti di pura yang paling bawah ini sambil foto di depan Candi Bentar dengan latar belakang panorama alam.
Di pelataran Candi Bentar tetdapat relawan yang membantu pengunjung berfoto dengan HP nya masing-masing. Untuk menimbulkan efek atau bayangan yang memperindah hasil pemotretan, relawan menggunakan teknik yang dia peroleh dari seorang pengunjung dari Amerika, dan hasilnya memang wow...keren sekali!
Untuk Foto di depan Candi Bentar ini pengunjung diatur secara bergantian, dan harus rela antre selama dua jam dan memberi uang jasa kepada relawan secara suka rela.
Pengunjung Pura Lempuyang menurut Luhur didominasi wisatawan dari Hongkong, Cina, India, Uni Emirat Arab dan Jepang. Alasan mereka jauh-jauh dari negaranya hanya ingin foto seperti yang ada di Medsos, seperti bisa terbang.
Sedang wisatawan dari Eropa memilih berjemur di Pantai Kuta, Sanur atau berselenacar di Nusa Dua.
Tapi sayang karena kabut tebal menyelimuti panorama Gunung Agung , yang tampak hanya awan putih.
"Kami ke sini cuma ingin foto dengan latar belakang Gunung Agung, tapi cuaca kurang bersahabat," kata wisatawan asal Jepang Yosi. (asm)
Advertisement