Data Akurat, Pariwisata Majalengka Mampu Menjadikan Sejahtera
Pariwisata di Majalengka harus juga mengedepankan data statistik agar pariwisata di Majalengka Jawa Barat bisa terus terpantau dengan baik dan berkesinambungan.
Diungkapkan Kasubdit Statistik Pariwisata Badan Pusat Statistik (BPS) Rifa Rufiadi dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Aula Kantor Disbudpar Kabupaten Majalengka, Jumat (11/5).
Seperti diketahui, agenda ini merupakan program kerja Kementerian Pariwisata (kemenpar) Deputi Bidang Pemasaran I Asisten Deputi Strategi dan Komunikasi I pada Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar.
Kata Rifa, semua pihak yang tergabung dalam unsur penthahelix yakni Akademisi, Bisnis, Komunitas,Pemerintah dan media harus bergandengan tangan untuk kemajuan pariwisata Majalengka.
”Contohnya saja seperti pengusaha Hotel, Hotel harus tahu berapa yang memang datang untuk keperluan beriwsata, dan berapa yang hanya masyarakat majalengka yang menginap. Nah, data ini nanti akan dikelola menjadi data yang sangat penting mengukur pariwisata Majalengka,”kata pria asli Majalengka itu.
Data-data tersebut, kata Rifa, nantinya akan bisa mengukur kapan saja wisatawan datang ke Majalengka. Periode kedatangannya. Destinasi mana saja. Daerah mana saja yang dikunjungi, dan seteruanya.
Data itu nantinya bisa menjadi acuan bagi seluruh pelaku pariwisata di Majalengka agar mempersiapkan segala sesuatunya bagi wisatawan yang datang ke Majalengka.
Rifa menambahkan, secara teknis FGD di Majalengka merupakan tindak lanjut koordinasi tim Kemenpar dengan stakeholder pariwisata Majalengka.
Ini harus disikapi dengan positif dengan pelaku pariwisata agar terus mengembangkan diri dalam mengelola pariwisata di Majalengka, serta bersedia memberikan data yang diminta oleh BPS demi tersedianya Statistik Pariwisata yang berkualitas untuk semua.
Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar, I Gde Pitana, sangat setuju dengan apa yang diungkapkan Rifa. Kata Pitana, pentingnya Badan Pusat Statistik untuk Go Digital, karena data yang cepat, tepat dan akurat sangat dibutuhkan.
"Apabila data terlambat disampaikan, telat disediakan maka tidak akan ada gunanya, karena dunia cepat sekali berubah. Solusinya adalah Big Data. Dengan Big Data, maka BPS bisa jadi lembaga yang paling kaya di Indonesia, dan itu sangat bermanfaat untuk pariwisata Indonesia," ujar Pitana.
Diketahui, Kemenpar dan BPS telah mengimplementasikan Mobile Positioning Data (MPD) pada tahun 2016. Metode tersebut telah mendapatkan dukungan dan apresiasi dari UNWTO melalui kegiatan Kunjungan delegasi Kemenpar dan BPS ke UNWTO di Madrid (31 Januari 2017), Workshop of The Use Mobile Positioning Data on Tourism Statistics di Bali (23 Maret 2017).
MPD telah dipaparkan pada kegiatan the 6th UNWTO International Conference on Tourism Statistics di Manila pada 20-21 Juli 2017.
Metode tersebut mendapatkan apresiasi dan dukungan dari berbagai negara dan lembaga internasional. (*)
Advertisement