Darul Ahdi Wasy Syahadah, Jadi Materi Dakwah Muhammadiyah
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengingatkan, ormas Islam yang berdiri 1912 turut serta dalam proses pendirian negara Republik Indonesia.
"Banyak tokoh Muhammadiyah hadir dalam sejarah bangsa Indonesia. Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, Abdul Kahar Muzakkir, bahkan presiden RI pertama, Soekarno. Fatmawati, ibu negara pertama adalah kader Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah”, ujarnya, dikutip ngopibareng.id, Senin 29 Juli 2019.
“Bahkan, dalam sejarah TNI, panglima Jenderal Soedirman merupakan tokoh Hizbul Wathon. Dan banyak lagi,” kata Mu'ti.
Lebih lanjut, Mu’ti mengatakan Muhammadiyah harus ikut bertanggung jawab bagi masa depan Republik Indonesia. Bagi Muhammadiyah, Negara Pancasila tidak hanya ideal dan Islami, tetapi juga merupakan darul ahdi wasy syahadah.
Karenanya Muhammadiyah perlu mengambil peran-peran partisipatif dan melakukan Gerakan yang sesuai tuntunan al-Quran dan Sunah serta kepribadian Muhammadiyah untuk bisa mewujudkan negara Indonesia dalam rangka menciptakan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
"Karenanya Muhammadiyah perlu mengambil peran-peran partisipatif dan melakukan Gerakan yang sesuai tuntunan al-Quran dan Sunah serta kepribadian Muhammadiyah untuk bisa mewujudkan negara Indonesia dalam rangka menciptakan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur."
Ia mengungkapkan hal itu, terkait kerja sama Muhammmadiyah dan Pemerintah dalam menyosialisasikan Negara Pancasila sebagai Darul ‘Ahdi Wasy Syahadah (DAWS), Sabtu 27 Juli 2019.
Mengambil tema Negara Pancasila sebagai Darul ‘Ahdi Wasy Syahadah bagi Dai Muhammadiyah acara ini digelar di kampus Universitas Muhammadiyah Semarang.
Diikuti para dai Muhammadiyah se-Jawa Tengah. Hadir dan memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan, Samsudi Rahardjo, Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang.
Sekretaris Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah Faozan Amar, melaporkan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang merupakan tindak lanjut MoU PP Muhammadiyah dengan Menko PMK dan kerjasama dengan majelis, Lembaga, ortom, AUM dan elemen lain di kalangan Muhamadiyah.
Tahun 2018 telah berlangsung sebanyak 13 kegiatan. Sementara tahun ini direncanakan dilaksanakan sebanyak 14 kegiatan. Fokus kali ini diharapkan DAWS bisa menjadi referensi para dai Muhammadiyah dalam berdakwah.
Terkait hal itu, Abdul Mu'ti mengucapkan terima kasih kepada kementerian kordinator PMK beserta jajaran dan terkhusus kepada Menko PMK Puan Maharani atas kerjasama kegiatan ini.
Dikatakan Mu’ti, tema yang diusung dalam Muktamar Muktamar ke-47 tahun 2015 ini mempertegas bahwa Muhammadiyah tidak bisa lepas dari tanggung jawab sejarah Indonesia. (adi)