Dari Tapi ke Tetapi, Anekdot Gus Dur soal Naskah Buku
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) antara tulisan dan pidato-pidatonya tetap mempunyai daya pikat. Karena itu, ada upaya untuk menjadikan pidato Gus Dur yang disampaikan secara lisan guna dibukukan.
Naskah pidato Gus Dur suatu ketika, ditranskrip untuk naskah buku Agama, Demokrasi dan Keadilan (terbit 1993). Tatakramanya memang harus dikonsultasikan terlebih dahulu, siapa tahu terdapat penambahan atau pengurangan.
Ellyasa KH Dharwis -- yang mengeditori buku itu bersama Imam Aziz dan M Jadul Maula -- membawa naskah transkripsi tersebut ke Abdurrahman Addakhil (nama kecil Gus Dur). Gus Dur berjanji, besok kelar karena harus dibaca dulu dan perlu waktu.
"Paginya saya datang ke Jalan Kramat Raya 164 Jakarta. Hasilnya, nihil, sampai nyaris sebulan lebih bolak balik ke Kramat Raya," tutur Ellyasa.
"Pada titik akhir kesabaran, saya terus terang kalau bekal tinggal untuk hari ini. Agaknya Gus Dur treyuh dan naskah transkripan tersebut dibaca dengan saksama di ruang kerjanya yang sempit dan penuh buku.
"Tidak berapa lama saya dipanggil. Gus Dur meminta supaya naskah diperbaiki. Begitu keluar ruang, saya cari cari kalimat yang mesti diperbaiki. dan ketemu diminta memperbaiki kata "tapi" dengan "tetapi". Itu saja," tutur Ellyasa.
Sebulan menunggu untuk perbaikan "tapi" jadi "tetapi".
"Untuk almarhum, Al-Fatihah!" kenang Ellyasa KH Dharwis.