Dari Tangan Pekerja, Kayu Blora Tembus Pasar Korea
Suara bising mesin pemotong kayu, mesin penghalus kayu, dan mesin kompresor untuk membersihkan kayu, saling bersahutan di gudang industri kerajinan kayu, Sunrise Of Central Java. Desa Tempellemahbang, Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.
Sekira 20 orang karyawan, menempati bagian masing-masing. Sibuk dengan aktivitasnya. Sebagian lain, menikmati waktu istirahat di antara tumpukan kayu siap produksi.
Industri kerajinan kayu milik Roisah, 45 tahun, memanfaatkan berbagai limbah kayu keras. Dengan ukuran tidak terlalu besar. Dia tidak terpaku pada kayu jati saja. Meskipun di Blora sendiri, kayu jati cukup melimpah.
Limbah kayu itu, dia dapatkan dari masyarakat sekitar yang menjual kepada dirinya. “Kayu jenis apa saja bisa masuk, memang memanfaatkan limbah, karena yang kayu besar-besar jarang laku, mereka (warga luar negeri) lebih suka yang kecil,” jelas wanita kelahiran Tegal ini, pada akhir bulan Agustus 2022 lalu.
Berbagai jenis produk mampu diciptakan. Untuk melayani pasar luar negeri. Antara lain, ayunan, kisprai, tatakan bunga, meja, dan kursi. Selain kerajinan tersebut, juga ada sejumlah kerajinan lain sesuai pesanan.
Untuk sementara, ia baru melayani pasar Korea. Belum ada negara lain. “Ya sesuai pesanan, untuk saat ini ekspor yang dilakukan baru di Korea belum di negara lain,” ucapnya.
Dalam satu bulan, dirinya mampu mengekspor satu kontainer kerajinan yang diproduksi. Dalam satu tahun mampu mengekspor hingga 12 kontainer. “Ya bisa di dibilang sebulan satu kontainer untuk diekspor. Kadang dua bulan sekali,” jelasnya.
Roisah mengaku, untuk harga kerajinan kayu dan mebel bervariasi, tentunya dengan harga berbeda dengan harga di Indonesia dan untuk yang di ekspor. "Harga kalau di sini Rp500 ribu sampai sana bisa 1 juta, bahkan bisa lebih tergantung kualitas,” ujarnya
Dia mengaku saat ini tidak ada kendala yang berarti dalam menjalankan bisnisnya itu, baik dari bahan baku maupun segi lainnya. “Paling kendala saat finishing saja, kendala lain tidak ada,” ungkapnya.
Saat ini industri kerajinan kayu miliknya, selain mempekerjakan warga sekitar, juga ada warga dari luar daerah. "Seminggu sekali mereka harus gajian," kata dia.
Upayakan peningkatan Ekspor
Sementara itu, Bupati Blora Arief Rohman saat berada di tempat yang sama menyampaikan, jika akan berupaya mendukung peningkatan Ekspor Nasional, Pemerintah Kabupaten Blora mendorong perajin di Blora meningkatkan kualitas kerajinan. Salah satunya kerajinan kayu dan mebel jati.
“Bahan baku kayu di Blora ini sangat melimpah, namun disisi lain kita masih kalah dengan daerah lain,” kata Bupati Arief.
Menurutnya kualitas dari kayu jati di Blora ini sudah dikenal di daerah lain, hal ini tentu menjadi nilai lebih. Apalagi menjadi sebuah kerajinan. Oleh karena itu diharapkan dengan potensi yang dimiliki Blora ini bisa dikembangkan.
“Ya nanti bisa kita damping untuk ke depan yang orientasinya adalah ekspor. Kita ingin ada peningkatan ekspor,” kata Bupati Arief.
Saat ini lanjut Bupati, banyak bahan kayu jati mentah yang mudah keluar dari wilayah Blora. Untuk itu, ke depannya pihaknya akan melakukan pembicaraan dengan pihak Perhutani selaku pemilik regulasi terkait jual beli kayu jati mentah. Supaya ada regulasi khusus agar bahan jati yang keluar dari Blora berbentuk bahan setengah jadi tidak hanya mentah saja.
Ke depan, pihaknya juga akan mencoba mengajak asosiasi untuk ngobrol bersama mencari solusi untuk peningkatan ekspor ini. “Sebenarnya sudah ada beberapa titik, dan nanti kita petakan, sehingga kita bisa ikut mendukung program peningkatan ekspor,” Imbuhnya.