Dari Surabaya, ACT Kirimkan 2.000 Ton Beras ke Palestina
Keputusan sepihak terkait pemindahan ibu kota Israel ke Yerusalem atau Al-Quds pada akhir Desember lalu, meruncingkan kembali krisis kemanusiaan di Palestina. Ikhtiar bangsa Indonesia untuk membantu perjuangan rakyat Palestina pun berlanjut.
Melibatkan seluruh elemen bangsa Indonesia, Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali melayarkan Kapal Kemanusiaan. Kali ini, 10 ribu ton beras dikirim secara bertahap menuju Palestina. Kapal Kemanusiaan Palestina resmi lepas jangkar dari Terminal Petikemas Surabaya, Rabu, 21 Februari 2018.
Seremoni pelepasan Kapal Kemanusiaan untuk Palestina dihadiri oleh Presiden Aksi Cepat Tanggap Ahyudin, Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan Kementerian Luar Negeri RI Salman Al Farisi S.E. Pelepasan itu ditandai dengan penekanan tombol sirine sebagai simbolis pelayaran Kapal Kemanusiaan.
Berlayarnya Kapal Kemanusiaan menandakan besarnya kepedulian bangsa Indonesia dalam merespons krisis kemanusiaan yang menimpa masyarakat Palestina. Hal ini disampaikan oleh Ahyudin, di sela seremoni pelepasan Kapal Kemanusiaan Palestina.
"Apa yang kita berikan untuk Palestina, memperlihatkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang baik. Kita tidak akan kekurangan narasi kebaikan. Bangsa ini tak boleh sepi dari ikhtiar-ikhtiar kebaikan untuk kehidupan," ujar Ahyudin, Rabu, 21 Februari 2018.
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendukung kemerdekaan Palestina juga disampaikan oleh Salman Al Farisi. Salman menegaskan bahwa, Palestina adalah prioritas, Palestina adalah jantung dan napas politik luar negeri Indonesia.
"Di sini, di Surabaya tahun 1945, Arek Suroboyo berjuang menyelamatkan Kemerdekaan Indonesia. Saat ini, 73 tahun setelahnya, juga dari Surabaya, kolaborasi masyarakat penggerak kemananusiaan dan Pemerintah Indonesia mengirimkan 2.000 ton beras tahap pertama untuk membantu kemerdekaan Palestina," kata Salman berbicara mewakili Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi.
Ribuan ton beras yang dilayarkan menuju Palestina dihimpun dari beberapa kabupaten yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sejumlah kabupaten tersebut di antaranya Bojonegoro, Ponorogo, Ngawi, Sragen, Purwodadi, Rembang, dan Blora. Proses pengumpulan beras ini telah dimulai sejak panen raya Awal Februari silam.
Seluruh kegiatan panen hingga pengemasan beras berpusat di Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) binaan ACT di Desa Jipang, Kabupaten Blora. Menurut Koordinator LPM Harun Susanto, lebih dari dua ratus relawan terlibat dalam proses panen hingga pengangkutan beras Kapal Kemanusiaan Palestina.
"Kalau dihitung-hitung, sudah ada lebih dari 200 relawan yang ikut. Ada yang tugasnya menggiling gabah, mengemas, sampai mengangkut beras ke truk-truk kecil maupun kontainer,” ujar Harun.
Beras-beras kualitas terbaik yang dipanen oleh petani Indonesia ini lantas diangkut menuju Terminal Petikemas Surabaya. Tak kurang 80 truk kontainer yang mengangkut ribuan ton beras tersebut telah diberangkatkan secara bertahap sejak Jumat (16/2).
Kapal Kemanusiaan Palestina yang mulai berlayar akan menempuh perjalanan laut sejauh 9.270 kilometer atau sekitar 40 hari. Sama seperti Kapal Kemanusiaan Somalia dan Rohingya sebelumnya, pengiriman beras ke Palestina melalui kapal laut ini terlaksana atas kerja sama ACT dengan PT Samudera Indonesia.
Insya Allah, dalam kurun waktu 40 hari, Kapal Kemanusiaan akan tiba di Palestina. Ribuan ton beras akan menyapa pemiliknya, warga Palestina yang telah dirundung krisis kemanusiaan selama lebih dari lima dekade. Bantuan beras yang merupakan amanah rakyat Indonesia yang besar ini menjadi bukti nyata bagaimana empati bangsa akan selalu ada untuk Palestina. (frd)