Dari Shiyam Menjadi Shaum, Penjelasan Ramadhan KH Said Aqil Siroj
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengingatkan, Umat Islam dan warga NU perlu meningkatkan kualitas puasa, dari shiyam menjadi shaum.
Shiyam adalah terminologi syariah yang bermakna "meninggalkan makan, minum, dan berbagai hal yang dapat membatalkan puasa melalui lubang yang ada di tubuh sejak imsak hingga ghurubus-syams (matahari terbenam). Itu namanya shiyam, itu wajib, salah satu rukun Islam."
"Oleh karena itu mari kita sebagai umat Islam harus menjalankan shiyam di bulan Ramadhan ini," tutur Kiai Said Aqil Siroj, dalam keterangan Selasa 13 April 2021.
Akan tetapi, saya ajak mari kita tingkatkan shiyam bukan sekadar meninggalkan makan-minum, menjadi shaum yakni imsakil hawainnafs (mencegah ajakan hawa nafsu) dari imsak sampai ghurubus-syams (matahari terbenam) dengan masuknya sesuatu ke dalam tubuh serta mencegah lisan dan mulut dari hal-hal yang tidak benar, hoaks, menyebar fitnah, caci-maki, adu domba, harus kita cegah mulut kita dari itu semua".
KH Said Aqil Siroj pun menyampaikan pesan setelah ikhbar awal Ramadhan 1442 H di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Senin.
Ramadhan Menguatkan Agama Cinta
Ramadhan sejatinya menjadi momentum untuk saling berbenah sekaligus mengokohkan persaudaraan. Ramadhan di tengah pandemi kali ini, sebagai ruang untuk introspeksi dan menguatkan agama cinta.
"Ramadhan itu momentum penting untuk kita menjenguh diri kita terdalam, refleksi batin atas apa yang kita lakukan selama ini. Setelah beberapa bulan melakukan banyak aktifitas, saatnya kita mengganti skema dengan menjernihkan jiwa. Ramadhan juga momentum untuk menebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-alamin, Islam cinta," kata Hasan Chabibie, Plt. Ketua Umum Mahasiswa Ahlit Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah (MATAN), Hasan Chabibie.
Hasan mengungkapkan, Ramadhan merupakan bulan penuh ampunan dan keberkahan.
"Nabi Muhammad bersabda kepada kita semua, bahwa Ramadhan itu pintu surga dibuka lebar dan pintu neraka ditutup rapat. Mari kita manfaatkan untuk beribadah sebaik-baiknya," demikian ungkap Hasan Chabibie.
Lebih lanjut, Hasan menyampaikan betapa saat ini di tengah pandemi, kita semua perlu kompak dan saling menguatkan.
"Ramadhan tahun ini sangat penting untuk mengokohkan solidaritas. Kita masih berada di masa pandemi, cobaan ini belum berakhir. Namun, kita harus tetap semangat untuk menjalani hidup, berdakwah, mengabdi dan bekerja," jelas Hasan, yang juga mengabdi sebagai Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud.
Bagi Hasan, Ramadhan juga momentum untuk sejenak mengistirahatkan fisik dan jiwa, untuk kemudian mengisi dengan nutrisi spiritual. Kala Ramadhan tiba, kita perlu menjadi hening, mengistirahatkan diri.
"Mari kita isi jiwa kita dengan nutrisi spiritual, agar kita sehat fisik, mental dan kejiwaan. Harus seimbang antara sehat fisik dan spiritual. Ramadhan menjadi momentum penyeimbang itu," ungkap Hasan Chabibie, yang juga pengasuh Pesatren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat.
Dalam momentum Ramadhan tahun ini, Hasan Chabibie mendorong kader MATAN dan santri-santri milenial untuk berdakwah dan menyebar Islam yang santun di media sosial.
"Mari kita isi Ramadhan sebagai momentum belajar, mengaji dan mengabdi. Kita terus belajar hal-hal baru terkait sains-teknologi untuk meningkatkan skill, sekaligus juga mengaji dan mengajar. Di sisi lain, penting untuk mengabdikan diri agar terus menebar manfaat," jelas Hasan.
Advertisement