Dari Portugal, Karateka Banyuwangi Peraih 2 Emas Disambut Meriah
Karateka cilik asal Banyuwangi, Aldhea Azarina Bharata, 11 tahun, pulang di Banyuwangi, Kamis, 7 Desmber 2023. Ini pertama kali Dhea, panggilannya, kembali ke Banyuwangi setelah meraih dua medali emas di ajang The Maia International Karate Open (MIKO) di Portugal.
Gadis kelas VI SDN Mojopangung 1 ini Dia disambut Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno, guru sekolah dan orang tuanya, di Bandara Banyuwangi. Sambutan meriah juga terjadi di sepanjang jalan menuju sekolahnya.
Di depan sekolahnya, Dhea disambut sorakan dan yel-yel yang telah disiapkan ratusan murid SD Mojopanggung 1. Memasuku halaman sekolah, dia disambut tari gandrung yang dibawakan puluh
"Alhamdulillah, bangga sekali. Bisa membawa nama baik sekolah, Banyuwang dan Indonesia," ungkap Kepala Sekolah SDN Mojopanggung 1, Suheni.
Dhea meraih dua medali emas pada ajang The MIKO di Portugal. Masing-masing dari kategori Kata dan Kumite. Siswi yang mengenal Karate dari ekstra kurikuler sekolah saat kelas II SD ini tampak menahan haru melihat sambutan warga, guru, serta teman-temannya.
"Latihan keras, harus konsisten latihannya," kata Dhea menjawab resep keberhasilannya meraih medali tersebut.
Pertandingan terberat, menurut Dhea, adalah saat semifinal. Lawannya adalah atlet tuan rumah Portugal. Pada partai final diapun kembali lawan yang tangguh. Namun dia berhasil meraih kemenangan.
"Ke depan saya ingin ikut AKF (Asian Karate Federation) dan WKF (World Karate Foundation)," ungkapnya.
Mengenai minatnya pada Karate, Dhea mengaku atas keinginan dirinya sendiri. Namun begitu kemampuannya mulai menonjol orang tuanya mendorongnya menjadi atlet. "Kalau ikut karate minat saya sendiri. Jadi atlet atas dorongan keluarga," bebernya.
Pelatih Dhea, Firda Dian Permana menyatakan, sebelum bertanding Dhea sempat terserang flu. Itu terjadi saat Dia baru tiba di Portugal. Diapun sempat khawatir performa Dhea tidak maksimal. Tapi Dhea bisa mengatasi itu.
Dia menyebut, sebelum berangkat, dirinya memang memberikan latihan ektra keras pada Dhea. Setiap hari gadis itu ditempa latihan untuk menghadapi kejuaraan internasional pertamanya. Dia juga menegaskan yang dihadapi Dhea adalah pertandingan internasional yang tentu saja lawannya yang terbaik di negaranya masing-masing.
"Saya sebagai pelatih tidak menduga ini terjadi. Harapan kami dia bisa di Sea Games, Asian Games," katanya.
Rina Mayasari, 40 tahun, Ibu Dhea, mengaku tak bisa menggambarkan perasaannya. Semua campur aduk. Mulai senang, bangga, haru, syukur, semuanya menjadi satu.
Istri dari Agung Bayu Barata, 42 tahun, ini memang mendukung penuh bakat yang dimiliki anak keduanya itu. Meski olahraga fisik, dia mengaku yakin dengan keselamatan anaknya. Meski tidak bisa mendampingi, tapi dirinya aelalu melihat pertandingan melalui siaran langsung.
"Sempat deg-degan. Ini pertama kali dalam karir karatenya tidak sama orang tuanya," jelas warga Desa Pendarungan, Kecamatan Kabat, Banyuwangi ini.