Dari Malas-Rebahan Jadi Kerja Keras, Ini Hijrah Kaum Muda
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, hijrah dalam Islam berpindah dari kondisi yang serba mengekang menuju keadaan yang lebih leluasa. Hal itu untuk mengemban misi risalah Islam menuju kehidupan baru yang tercerahkan dan dirahmati Allah dalam kehidupan umat manusia.
"Nabi Muhammad Saw dan kaum muslimin berpindah dari Makkah yang penuh ancaman ke daerah baru di Yasrib yang lebih bebas untuk menyebarluaskan dan menjalankan ajaran Islam untuk kebahagiaan hidup sejati manusia di dunia dan akhirat," tutur Haedar dalam renungan suasana Tahun Baru Hijrah 1442 H, dikutip Sabtu 22 Agustus 2020.
Allah menggambarkan dalam Al-Quran tentang hijrah: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al-Baqarah: 218).
Ketika umat Islam Indonesia memperingati 1 Muharram 1442 sebagai awal tahun hijriyah, dua hari lalu baru saja bangsa Indonesia merayakan 75 tahun kemerdekaannya.
Dalam kaitan ini, kemerdekaan juga memiliki kesamaan dengan hijrah, yakni membebaskan diri dari belenggu penjajah yang menindas kepada perikehidupan baru yang leluasa menjalankan hak hidup sebagai bangsa merdeka. Apalagi para pendiri Republik ini mendeklarasikan kemerdekaan "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa".
"Hijrah dan kemerdekaan memiliki spirit yang sama untuk hidup baru yang bebas dan bermakna dalam rahmat dan berkah Allah. Karena itu mari kita manfaatkan momentum kemerdekaan dan kehadiran awal tahun hjjriyah sebagai jalan meraih kehidupan yang lebih baik dalam ridha dan rahmat Allah SWT," tutur Haedar Nashir.
Diingatkan, jdikan hidup muslim, termasuk kaum muda dan milenial, menjadi yang terbaik dengan meninggalkan segala yang salah dan buruk ke kondisi yang benar dan baik sehingga menjadi insan baru yang tercerahkan.
Dalam salah satu hadis, dari Abdullah bin Amru Nabi Muhammad bersabda, yang artinya "Seorang Muslim adalah orang yang selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah." (HR Bukhari & Muslim).
Bagi muslim, lebih khusus kaum muda dan generasi milenial yang menjadi harapan umat dan bangsa berhijrahlah. Yakni hidup menjadi lebih benar, lebih baik, dan lebih pantas di berbagai hal seraya meninggalkan apa yang salah, buruk, dan tidak patut yang selama ini mungkin telah atau sering dilakukan.
"Jadikan momentum hijrah dan kemerdekaan sebagai jalan perubahan diri untuk menjadi hidup lebih baik dan maju. Dimulai dari perubahan individual yang sederhana dan sehari-hari hingga urusan kolektif berbangsa dan bernegara serta relasi kemanusiaan semesta yang rahmatan lil-'alamin.
Secara personal setiap orang dapat mengubah kebiasaan hidup. Dari loyo jadi semangat. Dari malas dan rebahan jadi kerja keras. Dari manja jadi mandiri. Dari kurang wawasan jadi cerdas berilmu.
Dari kurang peduli kepada orangtua menjadi cinta dan berbakti kepada keduanya. Dari sembarangan berperilaku menjadi bertanggungjawab. Dari egois jadi peduli sesama dan lingkungan.
Dari perilaku sekehendaknya menjadi berakhlak mulia. Intinya pindah dari segala keadaan yang kurang baik ke situasi baik dan positif.
Demikian pesan 1 Muharam 1442 H dari Haedar Nashir.
Advertisement