Dari Hamparan Kebun Sawit dan Gerombolan Babi Hutan Hingga Prospek Investasi Sawit
Jalan-jalan menikmati perkebunan kelapa sawit yang ada di desa Rimau atau desa Mukut Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Deretan pohon-pohon sawit yang dibatasi parit berukuran dua meter berisi air yang jernih sungguh menyejukkan pandangan. Parit-parit yang sangat jarang disentuh kail itu juga banyak dihuni ikan.
Bahkan saat menelusuri jalan di kawasan perkebunan menjumpai gerombolan babi yang sedang bergerilya makan. Babi-babi ini termasuk hewan hama perusak tanaman sawit yang baru ditanam atau pohon yg masih rendah. Selain rombongan babi ada juga anjing-anjing liar.
Namun bagi masyarakat sekitar yang melewati jalan di sela sela kebun tidak merasa terganggu dengan kehadiran binatang-binatang itu. Biasanya binatang itu akan menjauh atau berlari kalau berpapasan dengan warga. Sedangkan untuk binatang buas lainnya seperti Harimau sudah jarang ditemui.
Untuk datang ke pulau Rimau atau desa Mukut dan Penugukan dari Kota Palembang bisa lewat jalur sungai atau bisa juga jalur darat. Kalau ditempuk lewat jalur darat yang jaraknya kurang lebih 150 km agak sulit, karena kondisi jalan banyak yang rusak. Apalagi kalau musim hujan, sebagian jalan tidak dapat dilalui karena berlumpur. Kalau memakai mobil standart tentu akan sangat berbahaya.
Puluhan kilometer jalan berlumpur. hampir kecil kemungkinan untuk bisa dilalui. Maka alternatif yang paling mudah adalah melalui jalur sungai yang jauhnya dari kota Palembang kurang lebih 45 KM menuju Pelabuhan PU Tanjung Api-api. Dari pelabuhan itu dilanjut naik speed boat kurang lebih 35 km.
Dengan menyeberangi sungai Kenten yg lebarnya 1,5 km. Jalur sungai lumayan nyaman, namun harus olah raga jantung yang belum pernah naik speed boat. Karena sungai tersebut banyak buaya-buaya buas yang sewaktu-waktu bisa menabrak kapal speed boat. Lagi pula di jalur sungai harus menelusuri anak sungai lagi.
Dalam guncangan oleh speed boat selama 1 jam barulah tiba di desa Penugukan. Dalam perjalanan melalui jalur sungai sempat melintasi seekor anak buaya ukuran panjang kurang lebih 1,5 m.
Kebun Sawit Milik Rakyat Banyak Dijual Untuk Pilkada
Anda ingin mempunyai kebun kelapa sawit. Sekarang waktunya. Pengalihan hak milik atau jual beli kebun saat ini lumayan mudah, karena banyak pemilik kebun sedang membutuhkan uang yang banyak. Untuk apa uang itu? Sebagai modal untuk kampanye menghadapi Pilkada dan Pemilihan anggota legislatif di daerah daerah.
Selain itu banyak petani membutuhkan uang untuk memenuhi keinginan membeli motor darat. Motor darat sebutan untuk sepeda motor bagi penduduk sekaligus petani betul-betul target utama mereka. Harga kebun sawit di pulau Rimau yang masuk wilayah Sungai Lilin, Banyuasin, Sumatera Selatan cukup variatif.
"Bergantung si pemilik. Kalau kebun yg sudah mulai bisa dipanen berkisar Rp.150 juta/kavling. Namun harga bisa anjlog sampai Rp.100 juta, bahkan bisa turun lagi," kata seorang petani yang kebetulan dijumpai di area perkebunan.
Untuk per kavling di perkebunan ini berukuran 2 ha. Bagi penduduk setempat misalnya dari desa Mukut dan Penugukan mempunyai kebun sawit betul-betul dambaan dan yakin akan mendapatkan keuntungan.
Walau harga kadang naik kadang juga turun, tapi kalau diambil rata-rata per tahun masih menjanjikan hasilnya. "Kalau pada saat panen melimpah harga bisa anjlog sampai Rp.4000,-/ kg. Tapi kalau harga sedang berpihak ke petani bisa mencapai Rp.15.000,-/ kg," kata petani kebun itu.
Bagi petani pemilik kebun yang pengelolaan ditangani perusahaan lumayan enak. Mulai pembibitan, pemupukan, perawatan, panen, pengangkutan semua terjamin. Mereka tinggal menunggu hasil bersih setelah dipotong berbagai pos pembiayaan. Berbeda dengan petani yang dikelolah sendiri.
"Kebun sawit kalau dikelola sendiri agak ribet, karena harus pembibitan, mengolah lahan, dan lain-lain. Pokoknya kalau dikelola sendiri lumayan melelahkan. Mending enak dikelola perusahaan," katanya. (Ichwan Hadi/habis)