Dari Desa Kecil di Mesir, Mo Salah Kini Jadi Bintang di Eropa
Mohamed Salah pantas merasakan kebahagiaan tak ternilai setelah berhasil mengantarkan Liverpool menjadi juara Liga Champions edisi 2018-2019. Pasalnya, latar belakangnya yang hanya anak desa di Kairo, Mesir adalah salah satu alasan kegirangannya.
“Saya banyak berkorban dalam karier, terutama pergi dari desa ke Kairo untuk bermain sepak bola. Menjadi orang Mesir yang bermain di level ini sungguh sulit dipercaya. Saya sangat gembira untuk mereka semua," ujar pemain berambut kriting ini saat sesi wawancara dengan BT Sport usai laga.
Benar saja, Mo Salah banyak menghabiskan waktu masa kecilnya hanya untuk mengejar mimpinya menjadi seorang pesepak bola andal. Setiap hari, ia harus menempuh perjalanan jauh (sekitar 150 kilometer) dari desanya di Nagrig agar bisa berlatih ke Kairo, ibu kota Mesir.
Tak hanya itu, Mo Salah harus naik sebanyak lima bus untuk pergi dan pulang latihan, dengan sekali jalan bisa menghabiskan waktu empat sampai lima jam setengah. Periode yang sangat sulit bagi pemain yang mengawali kariernya di klub asal Kairo Mesir, Contractor FC (El Mokawloon).
Salah pun harus memangkas jam sekolahnya. Ia hanya belajar selama dua jam agar bisa sampai tepat waktu di tempat latihan. Salah pun kerap kelelahan setibanya di rumah. Namun, keteguhan hatinya membuat ia tak menyerah hingga menjadi seperti sekarang.
“Sejujurnya saya tidak tahu harus berkata apa, saya hanya merasa gembira sekarang,” ujarnya.
Wajar jika Mo Salah gugup harus berkata apa. Sebab, jangankan menjadi juara Liga Champions, tampil di gelaran terakbar di Benua Biru pun tak pernah ada dalam angan-angannya semasa kecil.
Advertisement