Dari Bengawan Solo untuk Desa Dolokgede Bojonegoro
Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Pulau Jawa. Sungai tersebut melintasi setidaknya 12 kota/kabupaten, salah satunya Kabupaten Bojonegoro. Kendati begitu, tak semua wilayah di Bumi Ronggolawe ini mudah mendapatkan air bersih, setidaknya hal itulah yang dirasakan warga di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo.
Desa yang terletak di daerah dataran tinggi di Bojonegoro ini sudah bertahun-tahun mengalami kesulitan air bersih di setiap musim kemarau tiba. Mereka pun harus berjuang dan meminta bantuan pasokan air bersih dari pihak lain, lantaran air dari sumur bor di rumah mereka tak layak konsumsi.
Namun, kini mereka bisa tersenyum. Sebab, kelangkaan air bersih yang kerap meresahkan mereka sudah mulai teratasi. Melalui Balai Prasarana dan Permukiman Wilayah Jawa Timur I, Kementerian Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat (Kementerian PUPR) membangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk memasok air bersih ke rumah warga.
Pembangunan jaringan perpipaan dan ground reservoir SPAM Desa Dolokgede ini sendiri dilakukan sejak 11 Juni sampai 7 Desember 2021, atau menghabiskan 180 hari kalender. Proyek ini menelan biaya sebesar Rp6 miliar lebih, tepatnya Rp6.292.936.000. Dana pembangunan ini sendiri bersumber dari APBN tahun anggaran 2021.
“SPAM ini untuk membantu warga guna mengatasi rawan air bersih, yang selama ini warga memang kesusahan masalah pelayanan air bersih. Di sini kami bekerja sama dengan PDAM Kabupaten Bojonegoro,” jelas Rinto Hadi Yanto mewakili Pejabat Pembuat Komitmen dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah (PPW) Jawa Timur, Antonius Lolon.
“Selain membangun jaringan perpipaan, kami juga membangun ground reservoir yang berfungsi selain sebagai penyeimbang antara produksi dan pemakaian air, juga ada beberapa fungsi lain yang tak kalah penting,” tambah Rinto.
Sumber air untuk mengaliri rumah warga Desa Dolokgede ini diambil dari Sungai Bengawan Solo yang dipompa dan dialirkan ke permukiman warga tersebut. Dalam hal ini, sebanyak 126 rumah dari 200an rumah warga desa telah mendapat pasokan air bersih dari SPAM yang dibangun oleh Balai PPW Jatim ini.
Rinto sendiri menyatakan, berdasarkan hasil survei lokasi sebelum pembangunan proyek ini, desa tersebut memang layak mendapatkan pasokan air bersih. Sebab, tim yang dikirimkan Balai PPW ke desa tersebut beberapa bulan sebelumnya melihat sendiri kondisi air sumur bor warga. Saat itu, dari sampel airnya tampak keruh dan berbau tak sedap.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Dusun Kuluhan, Desa Dolokgede, Harto. Menurutnya, kondisi air seperti ini selalu terjadi di setiap musim kemarau. “Kalau musim kemarau, selain debitnya sedikit, airnya keruh dan bau,” ujarnya.
Bahkan menurut Harto, Kepala Desa Dolokgede, Nunuk Sri Rahayu pernah membawa sampel air sumur warga ke laboratorium. Hasilnya, air sumur tersebut dinyatakan tidak baik bagi kesehatan manusia bila dikonsumsi.
Untungnya, menurut Harto, sejak dulu warga desa tak pernah mengonsumsi air sumur di rumah mereka jika musim kemarau tiba. Mereka memilih untuk membeli air bersih yang dipasok pihak lain melalui truk tangki air. Sementara air sumur tersebut hanya untuk mandi dan mencuci pakaian.
“Kendati keruh dan bau, kalau untuk mandi dan cuci pakaian masih aman. Dari dulu tidak pernah ada gangguan kesehatan yang dialami warga kalau untuk mandi dan cuci,” tutur Harto.
Namun, kini keresahan warga Desa Dolokgede terkait kelangkaan air bersih sudah teratasi dengan keberadaan SPAM yang dibangun oleh Kementerian PUPR melalui Balai PPW Jatim bekerja sama dengan PDAM Bojonegoro.
Kehadiran SPAM tersebut mereka anggap sebagai berkah tersendiri. Lebih dari itu, SPAM yang menghadirkan air bersih ke rumah warga ini sebagai jawaban atas doa dan harapan mereka sejak dahulu kala.
“Bagi kami dan warga desa yang menyadari bahwa air adalah sumber kehidupan, tentu sangat senang. Karena ini yang memang kami butuhkan,” kata Harto.
Yang lebih membahagiakan mereka, pihak SPAM memberikan instalasi dan jasa pemasangannya secara gratis bagi 126 warga yang mendaftar sebagai pelanggan pertama.
Harto pun berharap, kelak tidak hanya 126 warga Desa Dolokgede saja yang mendapatkan instalasi dan pemasangannya secara gratis, tapi seluruh warga. Sehingga ke depan, seluruh warga desa ini bisa merasakan air bersih saat musim kemarau datang.
“Bukan hanya itu, semoga ini menjadi awal kesejahteraan masyarakat Desa Dolokgede. Karena air adalah sumber kehidupan. Di mana ada air, di situ kehidupan di sekitarnya sejahtera,” ucap Harto.
Sebagai informasi, masyarakat Desa Dolokgede sendiri mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak sapi dan kambing. Mereka rata-rata berpenghasilan minimal sebesar Rp1,5 juta per bulan.
Berdasarkan data kependudukan yang dimiliki kantor kepala desa setempat, sebesar 20 persen dari penduduk Desa Dolokgede masih hidup dalam taraf ekonomi rendah, bahkan tergolong miskin. Harapannya, dengan kemudahan mendapatkan air bersih, perlahan-lahan kesejahteraan warga turut terangkat. Setidaknya, mereka bisa memanfaatkan air bersih ini untuk penunjang wirausaha.
“Kemudahan mendapatkan air bersih di desa ini akan menjadi awal yang baik bagi warga. Karena dengan air ini, mereka bisa melakukan banyak hal. Mungkin bisa buka warung tanpa harus beli air di tempat yang jauh. Mereka juga tak perlu khawatir kehabisan air. Atau bisa buka usaha laundry atau cuci motor, atau usaha lainnya,” ujar Nunuk Sri Rahayu, Kepala Desa Dolokgede.