Dari Balita Hingga Lansia Ikut #SchoolStrike4Climate di InggrisÂ
Setelah membiasakan diri seminggu tinggal sebagai mahasiswa di kota Leeds, Inggris, saya rasa ada hal yang berbeda di hari Jumat ini. Hari ini, tanggal 20 September 2019, saya sudah tandai kalender saya, mengingat ada event penting yang tidak bisa saya lewatkan karena sudah berencana hadir semenjak masih di tanah air.
Ada gerakan masif yang awalnya dipelopori oleh remaja umur 16 tahun asal Swedia, Greta Thurnberg. Gerakan itu adalah #SchoolStrike4Climate dan #FridaysforFuture. Setiap hari jumat, Greta Thurnberg konsisten mengajak anak-anak sekolahan untuk berpartisipasi dalam aksi yang bertujuan untuk mendesak tindakan para orang dewasa dalam menangani perubahan iklim dan pemanasan global.
Menurut saya, generasi penerus wajib khawatir dengan isu ini, karena kalau sudah tidak ada yang tersisa di bumi ini, maka generasi penerus tidak bisa melanjutkan hidup. Dalam kata lain, kita para penghuni bumi adalah spesies yang terancam punah.
Hari ini, di Leeds, aksi dilakukan dengan starting dan finishing point di Millenium Square. Kebetulan, saya dan salah satu teman saya baru menyelesaikan urusan di kampus, lalu saat sedang kembali ke tempat penginapan, aksi #SchoolStrike4Climate sedang berlangsung.
Niat awal, ingin join aksi ini setelah makan siang, tapi baru sadar lagi. Makan siang bisa menunggu, tapi iklim akan terus berubah dan bumi akan semakin panas. Merinding, adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan suasana aksi hari ini.
Sebelumnya saya belum pernah ikutan aksi demonstrasi, tapi kali ini saya semangat banget untuk ikutan. Di pinggir jalan, saya masih sungkan untuk ikut barisan, tapi orang-orang di jalanan mengajak saya dan teman saya ke barisan dengan tangan terbuka, “come join the march!” kata mereka.
Tulisan di poster-poster yang dibawa para demonstran sangat menggerakkan hati saya. “ECO > EGO” / “You’ll die of old age, I’ll die of climate change!” / “Our Future” / “There Is No Planet B”, dan banyak tulisan-tulisan lainnya.
Yang ikutan aksi pun beragam, barisan terdepan dipimpin oleh anak-anak mungkin umur sekitar 6-10 tahun kali ya? (Kurang ngerti), terus ada juga dari yang bawa bayi, sampai orang dewasa, bahkan orang tua yang sudah sepuh.
Ada juga, yang ikut march dengan kursi roda dan bahkan pakai alat bantu nafas, tapi masih semangat untuk aksi. Karena kebanyakan orang di sini sadar, aksi ini bukan hanya sekadar aksi, tapi ini adalah bentuk perjuangan awal untuk menyelamatkan bumi kita yang sakit karena kita, para penghuninya.
March ini diakhiri di Millenium Square, dimana para demonstran berkumpul dan mendengarkan orasi dari banyak tokoh. Everyone was treating others and mother earth with respect, as we all should be. Aksi berjalan tertib, bersih, dan rapi. Dimanapun kalian berada, semangat terus dalam membela dan melindungi bumi yang kita sayangi ini! (Icha)