Dapat Gelar Doktor HC UINSA, Soekarwo: Saya Santri Belum Khatam
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, akhirnya menganugerahkan gelar kejormatan Doktor Honoris Causa (HC) kepada mantan Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo (Pakde Karwo).
Dalam pidato ilmiahnya yang bertajuk 'Rekonstruksi Pendidikan Diniyah Pesantren; Model Pendidikan Berbasis Spiritual' Pakde Karwo mengakui jika dirinya belum khatam sebagai santri, tetapi sudah mendapat gelar Doktor HC.
"Saya ini santri yang belum khatam, tapi sudah dapat gelar honoris causa dari UIN Sunan Ampel. Tapi, santri yang belum khatam itu lebih tawadu pada Kiainya dari pada yang sudah khatam,” kata dia, Rabu, 27 Maret 2019.
"Saya ini santri yang belum khatam, tapi sudah dapat gelar honoris causa dari UIN Sunan Ampel. Tapi, santri yang belum khatam itu lebih tawadu pada Kiainya dari pada yang sudah khatam,” kata Soekarwo.
Usai melakukan pidato ilmiah sekaligus, Pakde Karwo mengaku seremoni pengukuhan gelarnya, menguraikan sedikit makna dari karya ilmiah yang ia tulis tersebut.
Ia mengatakan, penerapan konsep matrealistis dalam kehidupan sangat lah tak tepat, sebab, menurutnya ada banyak contoh kegagalan di dunia akibat menggunakan metode pendekatan seperti itu.
Ia menyebut, yang terpenting adalah substansinya, maka konsep spiritualitas yang dinilainya tepat. Metode itulah yang dapat memberikan arahan terhadap insan kamil untuk melangkah dengan konkret, dalam kehidupan.
“Amerika Serikat gagal dengan konsepnya sekarang hampir semua, seperti Afrika Selatan dan sebagian di Amerika Selatan dengan konsep yang matrealistis baru kemudian diisi etik itu nggak ketemu,” katanya.
Pakde menyebut pendidikan di Jawa Timur ini adalah hal yang luar biasa, karena berbasis pada konsep spiritualitas. Hal itu makin bagus karena ditunjang dengan pengetahuan, sains dan teknologi.
“Di Jatim sendiri sprititual dulu lalu ditambah dengan sains dan teknologi, ini khas betul, tidak ada daerah yang sebagus kondisi seperti di Jatim,” kata Pakde Karwo.
Sementara itu, Rektor UINSA Masdar Hilmy mengungkap alasan Pakde Karwo layak diganjar gelar HC di institusinya. Menurutnya ada empat poin autentik pemikiran Pakde Karwo yang menjadi pertimbangannya.
“Dari naskah orasi yang dibacakan Pakde Karwo minimal ada 4 atau 5 kata kunci yang sangat orisinal dan otentik khas Pakde Karwo. Ada istilah diskresi policy, pikiran yang luar biasa progresif dari seorang gubernur yang riskteker (pengambil risiko)," kata Masdar.
"Ketika tidak ada yang berani melakukan, beliau melakukannya. Istilah ini saya yakin merupakan residu ataupun endapan akademik selama beliau mempelajari tata negara, terutama mazhab hukum progresifnya Sacipto Raharjo dari Undip Semarang,” tambahnya.
Lalu yang kedua, Pakde Karwo juga dikenal dengan istilah inside goverment. Bahwa aspek LSM bisa muncul dari dalam pemerintahan, hal inilah yang dikemukakan Pakde Karwo, tidak hanya memunculkan gagasan tapi melahirkan LSM dengan hadirnya LPTT di Jatim.
“Yang ketiga Spiritual intel, ini berbeda secara subtansif dengan apa yang dikemukakan oleh ilmuan terutama dan Zohar dll, ini merupakan sumbangsih yang sangat bermanfaat dan luar biasa nilai akademiknya untuk pesantren bangsa dan negara. Dan terakhir, dual track, double track, yang dibedakan secara subtansif dibedakan sebagai double treck dan sebagainya," ujarnya.
Dalam acara tersebut, hadir pula Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta wakilnya Emil Dardak.
Dalam kesempatan itu, AHY yang juga putra sulung presiden Indonesia ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono itu mengucapkan selamat kepada Soekarwo, atas pengukuhan gelar barunya.
“Beliau diberikan penghormatan oleh UIN Sunan Ampel Surabaya ini atas kontribusinya, baik dalam hal akademik maupun kontribusi sebagai Gubernur Jawa Timur. Beliau telah menghasilkan banyak kebijakan, policy, dan regulasi yang sangat berpihak pada pendidikan Islam di Jawa Timur, termasuk komunitas pesantren,” ujar AHY, kepada media.
Sehari sebelumnya, puluhan mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Pro Demokrasi UINSA melakukan aksi protes pemberian gelar HC tersebut kepada Pakde Karwo.
Puluhan mahasiswa tersebut mempertanyakan kontribusi Soekarwo dalam bidang Pendidikan Agama Islam (PAI) di UINSA. Menurut koordinator massa aksi, Ery Mahmudi, pemberian gelar tersebut cacat secara substanstif, dan diduga gelar itu memiliki kepentingan politik.
“Kami meminta untuk membatalkan surat keputusan gelar doktor honoris causa kepada Pakde Karwo. Kampus itu mimbar akademis bukan mimbar politis, matamu tertutup dengan uang dan jabatan politik,” kata Ery, Selasa, 26 Maret 2019, kemarin. (frd)
Advertisement