Dana Indonesiana, Dana Abadi untuk Kebudayaan
Hadirnya dana abadi kebudayaan yang disebut Dana Indonesiana oleh penggiat kebudayaan, dinilai cukup menggembirakan. Dana ini diharapkan dapat menumbuhkan karya-karya yang mendunia dan bermanfaat bagi masyarakat.
Dana Indonesiana ini diluncurkan sebagai Merdeka Belajar Episode Kedelapan Belas oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, secara daring pada Kamis 24 Maret 2022.
Dipandu oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, Mendikbudristek dan Menkeu berdialog dengan empat pegiat seni dan budaya, yaitu Dolorosa Sinaga (tokoh seni rupa, penerima Fasilitasi Bidang Kebudayaan/FBK), Ratna Riantiarno (tokoh seni pertunjukan), Nyong Franco (seniman musik penerima FBK), dan Ina Silas (tokoh museum).
Ratna Riantiarno, seorang tokoh seni pertunjukan, menuturkan kebahagiaannya atas kehadiran Dana Indonesia untuk pemajuan kebudayaan. Setelah 50 tahun lebih bergelut di dunia kesenian akhirnya dana abadi untuk kesenian dan kebudayaan ini ada.
"Terima kasih, Mas Menteri,” tuturnya.
Mendikbudristek pada kesempatan itu bercerita bahwa ketika kecil ia pernah datang ke studio tempat Dolorosa Sinaga membuat patung. Pengalaman tersebut menginspirasi Mendikbudristek untuk menghargai seni dan budaya Indonesia sehingga ia berharap ke depannya generasi bangsa juga bisa terinspirasi dari kegiatan-kegiatan kebudayaan yang didukung oleh Dana Indonesiana.
Dolorosa pun menyatakan apresiasinya atas inisiatif pemerintah mengajak seniman berpartisipasi dan memberikan dana untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dolorosa lalu menceritakan pengalamannya saat menerima bantuan dari program FBK yang merupakan cikal bakal Dana Indonesiana untuk mengirimkan buku yang ditulisnya kepada perguruan tinggi, komunitas, serta pegiat budaya.
“Menurut saya (program FBK) itu luar biasa. Saya berterima kasih, mudah-mudahan langkah yang seperti ini akan bergulir banyak lagi dan semakin banyak seniman yang bisa melakukan itu sehingga pengetahuan tentang kreativitas pun akan tumbuh di masyarakat atau di generasi yang sedang tumbuh,” ujar Dolorosa.
Frans Bunda atau dikenal juga dengan panggilan Nyong Franco adalah salah satu seniman penerima FBK dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek. Ia memiliki sanggar yang bertarget pada pendidikan karakter seperti moral dan budi pekerti melalui stimulasi menari, menyanyi, serta ekspresi seni lainnya.
“Ketika ada program FBK saya langsung membuat proposal dan diterima. Kami langsung membuat Sikkapedia, yaitu pustaka digital Kabupaten Sikka. Tujuan kami membuat Sikkapedia karena kami belum punya referensi yang valid terkait kebudayaan di daerah kami, sehingga Sikkapedia diharapkan bisa menjadi referensi moral dan karakter anak-anak,” ujarnya.
Ina Silas, seorang pegiat museum juga merasakan manfaat bantuan dana kebudayaan untuk museum. “Dengan adanya dukungan dana, teman-teman museum sangat terbantu. Semoga dapat lebih luas pegiat yang dapat merasakan dukungan dari pemerintah ini,” katanya berharap kehadiran Dana Indonesiana bisa digunakan dengan optimal untuk memanfaatkan bangunan-bangunan cagar budaya sebagai ruang publik, terutama untuk kegiatan kebudayaan.
Advertisement