Dan Kanjeng Nabi pun Tertawa, Ini Fakta
Dalam pandangan Islam Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw) bersabda, “Janganlah kamu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu dapat mematikan Hati” (H.R. Tirmidzi). Hadis ini mengingatkan kepada umat Islam agar tidak banyak tertawa apalagi bila maksud tertawaannya mengandung unsur celaan terhadap seseorang. Itulah yang sangat tidak dianjurkan dalam Islam.
Begitu pun, tak berarti Rasulullah Saw tak memiliki "sense of humor" alias sifat humoris. Dalam satu hadis dikisahkan, pernah Rasulullah Saw mencandai seorang nenek-nenek. Ketika nenek itu bertanya tentang dirinya apakah dia akan masuk surga, Rasululllah menjawab: "Nenek tidak masuk Surga". Sang nenek pun menangis mendengar ucapan Rasulullah itu.
Rasulullah lantas mengutus seseorang menemui si nenek untuk diberitahukan bahwa ia akan masuk surga, hanya saja dalam bentuk seorang gadis. “Di Surga tidak ada nenek-nenek” (HR Thabrani dan Baihaqi).
Tentu saja, Rasulullah bercanda dengan mengatakan kebenarannya tidak dengan mengatakan kebohongan. ”Celakalah bagi orang yang berkata dangan berdusta, untuk menjadikan orang lain tertawa. Celaka dia, celaka dia,” (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Hakim).
Humor Bersifat Universal
Memang, sejauh ini kebanyakan orang menganggap humor hanyalah semata-mata kegembiraan yang keberadaannya sering dibatasi pada hiburan. Seperti tanyangan yang disiarkan di televisi, penyajian iklan, film dan sebagainya. Padahal, humor dan tertawa punya sifat yang lebih universal -- semua orang dari semua budaya di semua belahan bumi mampu mengalaminya.
Di kota besar bahkan yang hidup di perkampungan pun mampu mengalaminya. Tertawa tidak bisa dipaksakan, seseorang hanya dapat tertawa jika ia sendiri menginginkannya. Di sinilah, humor ternyata punya wilayah tersendiri.
Dalam Islam, dilarang melakukan cercaan terhadap orang lain. Mencaci maki apapun alasannya bukanlah ajaran Islam. Hal itu bukanlah akhlak yang di inginkan Rasulullah. Apalagi caci maki yang ditujukan kepada orang yang selalu ikhlas berbuat di jalan Allah (Jalan Sufi). Kita diingatkan dengan firman Allah, “Barangsiapa memusuhi kekasih-Ku, maka sungguh Aku menyatakan perang dengannya..”.
Karena itu pula justru kaum sufi mengajarkan pesan-pesan hikmah dengan humor: Humor Sufi.
Berhati-hatilah dengan Kaum Sufi
Ulama-ulama dari dulu telah mengingatkan kita agar tidak menentang tasawuf agar terhindar dari murka Allah. Nasihat Ibnu Hajar al-Haitami mengingatkan kita:
“Berhati-hatilah kamu dari menentang para ulama shufi. Dan sebaiknya bagi manusia sebisa mungkin untuk tidak menentang para ulama shufi, semoga Allah memberi manfaat kepada kita dengan ma’rifat-ma’rifat mereka dan melimpahkan apa yang Allah limpahkan kepada orang-orang khususnya dengan perantara kecintaan kami pada mereka, menetapkan kita pada jalan pengikut mereka dan mencurahkan kita curahan-curahan ilmu ma’rifat mereka. Hendaknya manusia menyerahkan apa yang mereka lihat dari keadaan para ulama shufi dengan kemungkinan-kemungkinan baik yang dapat mengeluarkan mereka dari melakukan perbuatan haram.
"Kami sungguh telah menyaksikan orang yang sangat menentang ulama shufi, mereka para penentang itu mendapatkan ujian dari Allah dengan pencabutan derajatnya, dan Allah menghilangkan curahan kelembutan-Nya dan rahasia-rahasia kehadiran-Nya. Kemudian Allah menimpakanpara penentang itu dengan kehinaan dan kerendahan dan mengembalikan mereka pada derajat terendah. Allah telah menguji mereka dengan semua penyakit dan cobaan . Maka kami berlindung kepada-Mu ya Allah dari hantaman-hantaman yang kami tidak sanggup menahannya dan dari tuduhan-tuduhan yang membinasakan. Dan kami memohon agar Engkau menetapi kami jalan mereka yang kuat, dan Engkau anugerahkan kami apa yang telah Engkau anugerahkan pada mereka sehingga kami menjadi orang yang mengenal Allah dan imam yang mujtahid, sesungguhnya Engkau maha Mampu atas segala sesuatu dan maha layak untuk mengabulkan permohonan “. (Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 113, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami)
Para sufi telah mengajarkan kita dengan humor-humor yang justru mengajak kita berpikir dengan logika lebih dalam. Yang biasanya fragmen kisahnya tak lazim dalam nalar masyarakat umumnya.
Mereka adalah orang-orang sufi, para Kekasih Allah, yang penting untuk menjadi perhatian kita, dan Kanjeng Nabi pun tertawa. Tertawa dengan membawa kebenaran dan menyampaikan kebenaran. Demikian catatan ini semoga bermanfaat. (Riadi Ngasiran)
Karya-Karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami
Ketika disebutkan nama "Ibnu Hajar", dalam literatur Islam, merujuk pada dua sosok kharismatik dibidang berbeda. Pertama di bidang hadits, nama "Ibnu Hajar" dinisbatkan kepada al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, seorang ulama ahli hadits yang juga pernah mensyarah Kitab Shahih Bukhari, dengan karyanya Fathul Bari.
Kedua, bidang Fikih, Nama "Ibnu Hajar", dinisbatkan kepada al-Imam Abu Abbas Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Hajar al-Haitami, al-Makki, al-Syafi;i. Seorang ulama bermadzhab Syafi;i yang hidup sekitar tahuyn 900 - 1000 Hijriyah.
Ibnu Hajar al-Haitami lahir pada tahun 909 H dan wafat pada tahun 973 H, dengan meninggalkan ragam karya yang cukup banyak dan banyak dijadikan rujukan ulama-ulama hingga saat ini. Berikut ini beberapa karya Hajar al-Haitami:
1. Syarh al-Misykat
2. Syarh al-Minhaj yang bernama Tuhfatu al-Muhtaj bi Syarhi al-Minhaj
3. Dua Syarh atas kitab al-Irsyad
4. Syarh al-Hamziyyah al-Bushiriyyah
5.Ash-Shawa'iq al-Muhriqah 'ala Ahli ar-Rafdhi wa adh-Dhalali wa az-Zanadiqah
6. Kaffu ar-Ri'a` 'an Muharramat al-Lahwi wa as-Sima
7. Az-Zawajir 'an Iqtirafi al-Kaba`ir
8.Nashihatu al-Muluk
9.Syarh Alfiyyah Abdullah Bafadhal al-Haj yang bernama Al-Manhaj al-Qawim fi Masa`ili at
10. Ta'lim wa al-Ahkam fi Qawathi'i al-Islam merupakan Syarh dari al-Muqaddimah al
11.Hadhramiyyah dalam fikih mazhab syafi'i
12. Syarh al-'Ubab yang bernama Al-I`ab wa Tahdziru ats-Tsiqat 'an Akli al-Kaftati wa al-Qat
13. Syarh sedikit dari Alfiyah Ibnu Malik
14. Syarh Mukhtashar Abi al-Hasan al-Bakri dalam bidang fikih
15. Syarh Mukhtashar ar-Raudh wa Manaqib Abi Hanifah
16. Al-Idhah wa al-Bayan lima Jaa fi Lailatai ar-Ragha
ib wa an-Nishf min Sya'ban
17.Ithaf Dzawi al-Marwah wa al-Inafah lima Ja`a fi ash-Shadaqah wa adh-Dhiyafah
18. Mablagh al-Arab fi Fakhri al-'Arab
19.Dar al-Ghamamah fi Durri ath-Thailsan wa al-'Adzbah wa al-'Imamah
20. Tanbih al-Akhyar 'ala Mu'dhalati Waqa'at fi Kitabai al-Wazha`if wa al-Adzkar
21.Tathhiru al-Jinan wa al-Lisan 'an al-Haudhi wa at-Tafwah bi Tsalbi Mu'awiyyah bin Abi Sufyan
22. Al-Qaul al-Mukhtashar fi 'alamat al-Mahdi al-Muntazhar
23. Al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra
24. Al-Fatawa al-Haditsiyyah
25. Al-Ifshah 'an Ahaditsi an-Nikah
26.Al-I'lam bi Qawathi'i al-Islam