Dampak El Nino, Jatim Bagian Utara Diprediksi Alami Kekeringan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda Surabaya, Jawa Timur, memprediksi daerah utara Jatim bakal mengalami kekeringan ekstrem.
Hal ini disebabkan dampak El Nino bersamaan dengan fenomena Indian Ocean Dipole atau IOD fase positif, yang di pertengahan tahun ini berisiko meningkatkan kekeringan.
"Kami sudah bersurat ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim terkait kekeringan itu, sehingga pasokan distribusi air bersih ke daerah rawan kekeringan aman," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto, Rabu, 2 Agustus 2023.
Adapun daerah utara Jatim itu, antara lain Kabupaten Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Ngawi, Bangkalan, Sumenep, Sampang, dan Pamekasan. Selain itu juga di Kabupaten Probolinggo, Ponorogo, Lumajang, dan Pacitan.
"Kalau di Pacitan karena memang daerah itu merupakan dataran tinggi, sehingga potensi terjadi kekeringan. Karena untuk mendapat air bersih kecenderungan dataran tinggi itu berada di kedalaman yang sangat dalam," jelasnya.
Teguh mengatakan, musim kemarau tahun ini yang disebabkan El Nino berbeda dengan tiga tahun lalu. Di mana kondisi kekeringan yang disebabkan cuaca La Nina, masih diwarnai hujan.
"Kalau cuaca El Nino ini kebalikannya dari La Nina. Kalau La Nina musim kemarau masih ada hujan, tapi kalau El Nino sebaliknya musim kemaraunya lebih panjang, dan cenderung gak ada hujan," ungkapnya.
Teguh mengimbau kepada masyarakat di daerah rawan kekeringan agar waspada, khususnya potensi cuaca ekstrem. Teguh menyebut dalam peralihan musim ini, biasa terjadi bencana alam seperti kebakaran hutan dan lahan.
"Musim kemarau biasanya terjadi pada Mei hingga Oktober. Tapi karena anomali alam dampak El Nino ini, diprediksi memanjang sampai Desember 2023," katanya.