Dampak Divestasi 2 Ruas Tol Bagi Waskita Karya
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mendapatkan sentiment positif atas penadatanganan conditional sale and purchase agreement (CSPA) akuisisi masing-masing 40% saham dua ruas tol milik PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Aksi tersebut berpotensi memberikan keuntungan senilai Rp 813 miliar terhadap kinerja keuangan perseroan tahun ini.
Road King Infrastructure Ltd melalui anak usahanya, Kings Key Ltd, telah mengumumkan CSPA untuk mengakuisisi masing-masing 40% saham dua ruas tol, yaitu PT Jasamarga Solo Ngawi (JSN) selaku pengelola ruas tol Solo-Ngawi dengan masa konsesi hingga 2056 dan PT Jasamarga Ngawi Kertosono Kediri (JNKK).
Pembelian saham dilakukan dengan berbagai tahapan, mulai dari uang muka hingga pinjaman (shareholder loan) senilai Rp 2,1 triliun. Bahkan, Road King yang tercatat di Bursa Efek Hong Kong membuka peluang untuk pendanaan lanjutan senilai Rp 863 miliar untuk dua ruas tol tersebut.
Perjanjian jual beli bersyarat telah diteken pada 30 September 2019. Rincian CSPA ini, yaitu Kings Key membayar uang muka Rp 1,32 triliun atau setara HK$ 729,3 juta untuk 40% saham JSN. Lalu, senilai Rp 562 miliar atau setara HK$ 310,5 juta untuk 40% saham JNKK.
Pada bagian shareholder loan, nilai yang akan dibayar saat tanggal penyelesaian transaksi sekitar Rp 226 miliar ditambah bunga Rp 63 miliar dan biaya provisi Rp 772 juta.
Sedangkan pembayaran akan dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama, 60% dari harga pembelian saham JNKK dan 100% dari harga pembelian JSN, serta pinjaman kepada JNKK harus dibayar Kings Key saat tanggal penyelesaian.
Tahap selanjutnya, 40% dari harga pembelian saham JNKK akan dibayarkan Kings Key saat tahun pertama, setelah penyelesaian transaksi dilakukan.
Untuk mengamankan pembayaran tersebut, Kings Key atau pemegang saham pengendali akan memberikan Waskita Toll Road dukungan kredit yang disertakan bank garansi atau rekening escrow.
Analis Danareksa Sekuritas Maria Renata mengatakan, berdasarkan pemberitaan tersebut, harga penjualan saham dua ruas tol Waskita itu setara dengan 1,5 kali price to book value (PBV), sehingga perseoran berpotensi meraih keutungan hingga Rp 813 miliar.
Nilai tersebut masih lebih rendah dari divestasi 20% saham Jasamarga Solo Ngawi, Jasamarga Ngawo Kertosono Kediri, dan tol Semarang-Batang oleh PT Jasa Marga Tbk (JSMR) melalui reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) senillai Rp 3 triliun.
"Berdasarkan perhitungan kami, valuasi RDPT tersebut setara dengan 2,13 kali PBV. Bahkan, harga jual tersebut jauh dibawa harga pelepasan 20% saham tol Surabaya-Mojokerto yang merefleksikan 3,8 kali PBV," ujarnya dalam riset yang diterbitkan di Jakarta, kemarin.
Oleh karena itu, dia menjelaskan, pihaknya berharap nilai penjualan saham kedua ruas tersebut bisa lebih tinggi dibandingkan pemberitaan yang beredar.
Namun apabila perseroan melepas 40% saham kedua ruas tol tersebut dengan harga tersebut, dia menjelaskan, Waskita tetap meraih keuntungan bersih sekitar Rp 813 miliar.
"Memang lokasi dan nilai investasi sebuah tol sebagai penentu harga divestasinya, meski demikian kami berharap nilai jualnya bisa lebih besar dari pemberitaan yang beredar sekitar Rp 1,88 triliun," katanya.
Maria mengatakan, penandatnganan CSPA tersebut bisa menjadi sentimen positif terhadap pergerakan harga saham WSKT, karena aksi penjualan saham tersebut sudah menjadikan Waskita berada di jalur yang tepat.
Berbagai faktor tersebut mendorong Danareksa Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham WSKT dengan target harga Rp2.900. Target harga tersebut juga merefleksikan perkiraan laba bersih perseroan tahun ini senilai Rp 2,90 triliun, dibandingkan torehan tahun lalu hingga Rp 3,96 triliun.
Sedangkan pendapatan perseroan diharapkan bertumbuh dari Rp 48,78 triliun menjadi Rp 46,55 triliun. Sementara itu, analis Trimegah Sekuritas Farah Rahmi dan Adi Prabowo mengatakan, realisasi laba bersih perseroan hingga semester I-2019 baru merefleksikan 25% dari target tahun ini.
“Rendanya realisasi ini menunjukkan bahwa perseroan telah memasukkan perkiraan keuntungan divestasi tol terhadap laba bersih tahun ini,” terangnya.
Trimegah Sekuritas menyebutkan perseroan memiliki dua scenario untuk melaksanakan divestasi bisnis tol, yaitu menjual sebagian saham PT Waskita Toll Road dengan perkiraan mendatangkan keuntungan Rp 608 miliar.
Sedangkan skenario kedua dengan melepas saham minoritas miliknya di tiga ruas tol dengan perkiraan mendatangkan keuntungan hingga Rp 1,4 triliun.
“Kami memperkirakan skenario kedua yang paling memungkinkan untuk direalsiasikan. Sedangkan scenario pertama kemungkinan kurang diminati investor, karena investor secara tidak langsung memiliki kewajiban untuk membeli kembali RDPT yang telah diterbitkan WTR tahun lalu,” terangnya dalam riset yang diterbitkan di Jakarta, belum lama ini.
Hal yang paling penting, ungkap dia, divestasi tol tersebut akan menjadi tonggak penting bagi siklus bisnis perseroan. Karena, model bisnis perseroan dianggap berfungsi dengan baik atau berjalan sesuai harapan.
Perseroan akan memiliki jejak yang baik dlam mendivestasi ruas tolnya, sehingga bisa meredakan kekhwatiran investor bahwa Waskita telah mengambil aset merugi.
Berbagai faktor tersebut mendorong Trimegah Sekuritas untuk memangkas target harga saham WSKT dari Rp 2.200 menjadi Rp 2.000 dengan rekomendasi dipertahankan beli.
“Kesuksesan perseroan mendivestasi ruas tolnya akan memperbesar peluang perseroan untuk menambah kontrak baru ke depan,” terangnya.
Penurunan target harga tersebut mengindikasikan keputusan Trimegah Sekuritas untuk merevisi turun kinerja keuangan Waskita.
Perkiraan laba bersih Waskita direvisi turun sekitar 14,6% menjadi Rp 3,4 triliun tahun ini dan direvisi turun sekitar 7,3% menjadi Rp 3,9 triliun pada 2020. Target harga tersebut juga menggambarkan perkiraan PE tahun depan sekitar 7,3 kali.