Dalil Tabarruk, Al-Quran, Hadits Sahih, Atsar Sahabat dan Tabi'in
Dalam kehidupan sehari-hari, ada sementara kalangan umat Islam yang memuliakan, bahkan terkesan terlalu berlebihan, terhadap ulama. Ustadz, saya mohon penjelasan soal dalil tabarruk. Sehingga, saya bisa memahami sesuai ajaran Islam,” demikian Imam Asikin, warga Kedungdoro Surabaya, menanyakan pada ngopibareng.id.
Untuk menjawab masalah ini, berikut pandangan Ustadz Muhammad Ma’ruf Khozin, dari Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Jawa Timur. Berikut penjelasannya:
Dari uraian hadits panjang tentang makanan sedikit yang mencukupi dimakan pasukan perang, dikisahkan dalam hadits sahih:
ﻓﻘﺎﻟﺖ: «ﻭﻗﺮﺓ ﻋﻴﻨﻲ، ﺇﻧﻬﺎ اﻵﻥ ﻷﻛﺜﺮ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻧﺄﻛﻞ، ﻓﺄﻛﻠﻮا، ﻭﺑﻌﺚ ﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻓﺬﻛﺮ ﺃﻧﻪ ﺃﻛﻞ ﻣﻨﻬﺎ»
Ukhti Bani Firas berkata: "Aduhai, makanan ini sekarang lebih banyak dari pada sebelum kami makan". Para Sahabat kemudian makan. Dan ada pula yang mengirimkan makanan itu kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam. Ia menyebutkan bahwa Rasulullah Memakan darinya" (HR Bukhari)
Hadits ini diulang beberapa kali oleh Imam Bukhari dengan bab yang berbeda. Dari salah satunya dikomentari oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani:
ﻭﻓﻴﻪ اﻟﺘﺒﺮﻙ ﺑﻄﻌﺎﻡ اﻷﻭﻟﻴﺎء ﻭاﻟﺼﻠﺤﺎء ﻭﻓﻴﻪ ﻋﺮﺽ اﻟﻄﻌﺎﻡ اﻟﺬﻱ ﺗﻈﻬﺮ ﻓﻴﻪ اﻟﺒﺮﻛﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻜﺒﺎﺭ ﻭﻗﺒﻮﻟﻬﻢ ﺫﻟﻚ
"Di dalam hadits ini terdapat kebolehan mencari berkah dengan makanan para wali dan orang saleh. Dan boleh menghaturkan makanan yang terlihat keberkahannya kepada 'orang besar' dan mereka menerima hal itu" (Fathul Bari, 6/600)
Demikian Ustadz Ma'ruf Khozin, Anggota Aswaja NU Center PWNU Jatim. (adi)
Advertisement