Masih Berdengung; Dalam Secangkir Kopi Ada Sejuta Solusi
Dalam secangkir kopi ada sejuta solusi. Kalimat sederhana ini cukup lama tidak muncul dipermukaan. Sarat maknanya menjadi kalah moncer dengan ribuan kabar seiring makin dekatnya Jawa Timur menuju "pesta" demokrasi 2018.
Kalimat ini sejatinya memiliki nilai magis. Secara rima bahasa dia juga cukup bernilai sempurna. Magis itu didapat ketika diucapkan secara konstan, konsisten, 1000 kali ucap misalnya, mulut yang bergetar ndremimil dan kering karena telat menelan ludah akan merasa bahwa dahaga tak akan tuntas kalau kopi yang terhidang tak segera disruput.
Dus... alam berpikir yang tenang, setelah berhasil membaca 1000 kali itu, melihat hitam air kopi boleh jadi tak lagi menawarkan kepahitan. Tetapi sebuah kesempurnaan minuman kopi yang memang harus hitam agar bisa dinikmati energi dan kafein alaminya.
Rima yang sempurna didapat dari huruf (i) di belakang dua penggalan katanya. Secangkir kopi (i), sejuta solusi (i). Seperti banyak dilakukan para maestro pantun dalam penciptaan pantun, juga seperti para penyair yang bergelut dengan syair. Huruf vokal di belakang menjadi rumus tersendiri untuk menjemput keindahan kata yang bermakna.
Tentu masih jelas, tentu masih ingat, tentu masih terngiang-ngiang apa yang terjadi bila kalimat ini diucapkan, disebutkan, diperdengarkan, dll. Sosok berkopiah, suka berbaju putih, santri, berkumis lumayan tebal, suka tersenyum, bahkan tertawa lepas, sosok yang hangat, orang yang bersahabat, melayani siapa saja lawan bicaranya dengan humble, semanak, ceria, sugestif, tidak formal, to the point, dan selebihnya uasikkk. Sangat asik. Lalu huasik lagi.
(Saya kira) Gus Ipul, brilian menciptakan kalimat sederhana, berkonotasi magis, dan berima sempurna ini. Terlepas Gus Ipul itu adalah coffee lover yang gaya minumnya cukup sedap dengan kopi tanpa gula.
Bahwa kopi, ngopi, menikmati kopi, menyeruput kopi, bahkan minum air kopi sekalipun tidak bisa grusa-grusu. Tidak bisa keburu-buru. Bahwa, menikmati kopi itu butuh situasi khusus, agak khusus, bahkan yang khususon.
Dalam kekhususan itulah memungkinkan minikmati kopi nemukan solusi. Apapun solusinya. Apapun masalahnya. Dalam kopi pasti terlarut yang namanya zat kefein. Kafein dalam jumlah terukur dipercaya mampu ikut melancarkan peredaran darah. Peredaran darah yang sempurna pasti membawa nutrisi yang baik dan oksigen yang cukup agar otak mampu berakselarasi dengan baik.
Kalau sudah demikian otak tentu akan maksimal bekerja untuk menyelesaikan problem-problemnya. Setelah akselarasi itu, puncak garis finishnya, adalah tangan Gusti Allah yang menjadi penentunya.
Dalam haru-biru kisah politik yang menerpa Gus Ipul - termasuk ditinggal mundur calon wakilnya menjelang detik-detik pendaftaran pencalonan Gubernurnya - dalam berbagai tayangan berita nasional, Gus Ipul tampak tenang. Tampak sumeleh. Tampak memesona. Malah lebih tampak perkasa dengan kumisnya.
Memang terlihat kantuk, terlihat lelah, namun selebihnya seperti komplit dalam pusaran filsafat kopi. Bahwa, dalam secangkir kopi pasti ada sejuta solusi. Seperti apa solusi Gus Ipul? Kita ikuti tokoh yang satu ini yukkk... (*)