Dalam Empat Hari, 4.435 Orang AS Meninggal Akibat Covid
Amerika Serikat masih terancam COVID-19. Dan masih menakutkan. Dalam empat hari belakangan, sebanyak 4.435 orang meninggal akibat virus ini. Dan dalam sehari kemarin, terjadi penambahan 68.800 pasien, sehingga jumlahnya mencapai 4 juta pasien.
Sebanyak 4.435 kematian terjadi berturut-turut dalam empat hari. Dimulai hari Selasa 21 Juli tercatat 1.141 kematian. Disusul Rabu 1.135 kematian, Kamis 23 Juli 1.140kematian dan Jumat kemarin 1.019 kematian. Dalam empat hari 4.435 orang AS meninggal akibat covid.
Angka itu didapat kebanyakan dari terjadinya lonjakan kasus infeksi di Arizona, California, Florida, dan Texas.
Walaupun demikian, penasihat Gedung Putih untuk urusan pandemi, dokter Deborah Birx, menyebut dirinya justru melihat tanda bahwa bagian terburuk dari wabah COVID-19 di negara bagian selatan dan barat AS itu akan segera dilalui.
"Kami sudah mulai melihat lonjakan yang kemudian stagnan di empat negara bagian yang telah terpukul parah sejak empat pekan terakhir," ujar Birx dalam sebuah wawancara dengan media NBC.
Birx berkomentar demikian seiring dengan otoritas federal untuk urusan kesehatan dan juga pendidikan yang menekankan perlunya instruksi untuk anak-anak kembali ke sekolah. Terkait hal itu, publik Amerika dan para pemimpin mereka terpecah pendapat.
Birx mengatakan bahwa anak di bawah usia 18 tahun biasanya tidak lebih rentan terhadap COVID-19 jika dibandingkan orang dewasa, namun menyebut seberapa siap anak di bawah 10 tahun dapat menyebarkan virus sebagai hal yang masih dapat diperdebatkan.
Presiden Donald Trump sendiri mendorong pembukaan kembali sekolah-sekolah, dengan menyebutnya sangat penting bagi kondisi mental dan emosional anak-anak serta kemampuan orang tua mereka untuk kembali bekerja.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan dan Layanan Manusia Amerika Serikat, Alex Azar, mengatakan pemerintah federal telah menandatangani kontrak dengan perusahaan Pfizer Inc untuk 100 juta dosis vaksin virus corona, setelah vaksin tersebut disetujui.
"Kami baru saja menandatangani kontrak dengan perusahaan pemimpin farmasi global Pfizer untuk memproduksi 100 juta dosis vaksin mulai Desember tahun ini dengan opsi untuk membeli setengah miliar dosis tambahan," kata Azar dalam tayangan Fox News. "Tentunya vaksin tersebut harus aman dan efektif."
Menurut pengumuman yang dikeluarkan pihak Azar dan Departemen Pertahanan, Pfizer akan mengirimkan dosis-dosis itu apabila produk tersebut menerima Otorisasi Penggunaan Darurat atau lisensi dari Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan AS, setelah menyelesaikan demonstrasi keamanan dan kemanjuran dalam uji klinis fase 3 yang besar. (ant/rtr)