Dalam Diri Kita Bersemayam Berhala, Ini Kritik Sang Sufi
Seorang sufi legendaris Jalaluddin Rumi tak hendak memperolok orang lain. Ia bersenandung dengan dirinya sendiri. Juga mengeluarkan kata-kata kritis pada dirinya.
Maulana Jalaluddin Rumi mengatakan :
كان الكفار يعبدون الاصنام ويسجدون لها. ونحن فى هذاالزمان نفعل الشيء نفسه. لدينا كثير من الاصنام الاخر فى باطننا من الحرص والهوى والحقد والحسد. ونحن نطيعها كلها. ثم نعد انفسنا مسلمين. (فيه مافيه ١٢٥)
"Dahulu kala orang-orang kafir (quraisy) itu menyembah berhala dan sujud kepadanya. Pada zaman ini kita melakukan hal yang sama. Di dalam diri kita banyak berhala yang bersemayam di hati: ambisi, hasrat rendah (hawa nafsu), kebencian dan dengki. Kepada semua itu kita mentaatinya. Lalu kita mengaku-aku sebagai muslimin (orang-orang Islam)".(Rumi, Fihi ma Fihi, 125).
Demikian KH Husein Muhammad, sahabat Gus Dur, mengutip ungkapan kritis Sang Sufi.
Sa'di dari Syiraz, sufi, pengembara (darwish) dan penyair terkemuka yang melegenda, menulis puisi indah dalam "Gulistan" ;
Wahai burung pagi,
belajarlah cinta
dari kupu-kupu mungil
ia terbakar,
kehilangan nyawa, dan
tak menemukan suara.
Orang-orang munafik ini jahil dalam mencari Dia,
Karena dia yang memperoleh pengetahuan belum kembali.”
Sa’di (Bait dalam Gulistan, tahun 1258)
Di tempat lain dia bilang :
لَيْسَتِ الْعِبَادَةُ سِوَى خِدْمَةِ النَّاسِ
لَيْسَتْ بِالتَّسْبِيحِ وَالسَّجَادَةِ وَارْتِدَآءِ الدَّلِق
أَبْقَ أَنْتَ عَلَى عَرْشِ سُلْطَانَتِكَ
بِأَخْلَاقٍ طاهِرَةٍ وَكُنْ دَرْوِيشاً
Pengabdian kepada Tuhan
Adalah pelayanan kepada manusia
Bukan hanya dan semata memutar biji tasbih
Menggelar sajadah dan menyandang kain sorban di pundak
Duduklah kau di atas singgasana kekuasaan
Dengan etika yang bersih
Dan jadilah kau seorang Darwish
Demikian catatan KH Husein Muhammad (24.08.2020)
Advertisement