Dakwah Muhammadiyah dari Zaman ke Zaman, Maju Beberapa Langkah
Ketika umumnya masyarakat memahami bahwa dakwah adalah berarti ‘mengundang’, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti memahami bahwa dakwah dalam pengertian Muhammadiyah adalah berarti ‘menghadirkan’.
Mu’ti menjelaskan pengertian dakwah sebagai upaya menghadirkan Islam, sesuai dengan perkembangan zaman di masa sekarang dan di masa depan.
Ketika misalnya masyarakat muslim tradisional berdakwah dengan mengundang objek dakwah, di masa modern, para objek dakwah sendirilah yang datang mencari informasi secara mandiri. Karena itu diperlukan kehadiran atau ketersedian alternatif dakwah.
“Kadang-kadang kita reaktif dan tidak memberikan alternatif. Kalau kita berpijak Muhammadiyah sebagai gerakan berkemajuan, kita itu artinya leading. Islam Berkemajuan itu bukan progresif Islam, tapi leading Islam yang senantiasa lead, senantiasa di depan. Orang belum berpikir, kita sudah menyelesaikan itu,” jelas Mu’ti dalam pengajian digelar PD Muhammadiyah Tegal.
Alternatif Dakwah
Apalagi, gagasan dakwah sebagai upaya menghadirkan alternatif itu menurutnya telah digagas secara tersirat jauh-jauh hari oleh Kiai Ahmad Dahlan dan para tokoh Muhammadiyah generasi awal.
Menurut Mu’ti, pada tahun 1923 Muhammadiyah sudah berpikir untuk membangun rumah sakit ketika masyarakat pada saat itu masih belum berpikir untuk berobat ke rumah sakit. Di tahun yang sama, gagasan tentang pendirian Universitas Muhammadiyah dan penerbitan juga telah berjalan.
“Kalau orang tidur, anda sudah harus bangun. Kalau orang bangun, anda sudah harus berdiri. Kalau orang berdiri, anda sudah harus berjalan. Kalau orang berjalan anda sudah harus berlari. Kalau orang berlari, anda sudah harus terbang. Itulah fastabiqul khairat sesungguhnya. Sehingga banyak inisiatif itu muncul sebelum orang memikirkan. Dan itulah yang dilakukan Kiai Ahmad Dahlan di masa awal itu,” tegas Mu’ti, dilansir situs muhammadiyah.or.id.