Dakwah dan Transformasi Nilai, Ini Tantangan Aisyiyah
Ketua Lembaga Kebudayaan PP 'Aisyiyah Mahsunah Syakir melihat tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah yang tidak ringan.
"Seiring dengan kembalinya budaya menyerempet syirik yang kemudian itu dianggap ajaran Islam sehingga masyarakat sulit membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak," ungkapnya.
Menurutnya, sekarang ini masyarakat juga semakin kritis dan tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi para Mubalighot sekarang.
"Mubalighot dulu berhasil untuk mengajarkan dakwah lewat budaya yang masih dalam jalur agama. Tugas kita ialah bagaimana mengakomodasi budaya yang sesuai dengan ajaran Muhammadiyah."
"Mubalighot dulu berhasil untuk mengajarkan dakwah lewat budaya yang masih dalam jalur agama. Tugas kita ialah bagaimana mengakomodasi budaya yang sesuai dengan ajaran Muhammadiyah. InsyaAllah akan banyak bekal dan acuan-acuan," jelasnya.
Hal itu terungkap ketika Pimpinan Pusat (PP) 'Aisyiyah melalui Lembaga Kebudayaan dan Majelis Tabligh menyelenggarakan kajian Pendekatan Budaya Dalam Dakwah bertempat di Islamic Centre Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Bantul pada Sabtu, 1 September 2018.
Sementara itu, Susilaningsih, Ketua PP 'Aisyiyah mengatakan, satu majelis dan lembaga memang perlu ada semacam program terpadu dan kali ini program kajian dakwah.
"Lembaga Kebudayaan memang bertugas untuk berdakwah lewat pengembangan seni dan budaya. Sementara, Majelis Tabligh itu bertugas untuk menyuarakan dakwah itu," ujarnya.
Ia menjelaskan dakwah Muhammadiyah dan 'Aisyiyah itu membangun budaya bagaimana berIslam dengan baik dengan menyuarakan nilai-nilai dalam Islam yang nantinya menjadi sikap dan kebiasaan di masyarakat.
"Mudah-mudaha kajian yang disampaikan hari ini dapat memberikan pencerahan bagi para mubalighot juga dapat diterapkan pada saat dakwah di masyarakat," pungkasnya. (adi)