Dakwah Bil Hal; Berdakwah dengan Ambulan dan Pemulasaran
Banyak cara berbuat amal untuk masyarakat. Mendirikan sekolah, membangun masjid, rumah sakit, apotik, membangun rumah untuk warga miskin, atau amalan-amalan lain. Tapi berbuat amal baik dengan mendirikan pemulasaran jenazah, tentu tak banyak dilakukan orang. Bahkan langka.
Mungkin karena tidak banyak orang melakukan, maka beberapa warga di wilayah Surabaya Utara ini sepakat untuk mendirikan sebuah badan amal berbentuk yayasan, yang khusus menangani jenazah sejak membersihkan, memandikan dan membungkusnya dengan kain kafan. Bahkan sejak mengambil jenazah dengan ambulan dari rumah sakit, dan berakhir dengan membawa jenazah ke pemakaman.
Nama badan amal tersebut adalah Yayasan Dakwah Bil Hal. Dalam bahasa Arab, pengertiannya adalah berdakwah dengan perbuatan. Dengan tindakan. Tindakan berupa pemulasaran.
Kebetulan, yayasan ini berdiri atas inisiatif beberapa orang yang ada di komunitas warga keturunan Arab yang tinggal di Surabaya Utara, atau lebih tepatnya di wilayah sekitar Masjid Agung Sunan Ampel.
Jumlah komunitas warga keturunan Arab di Surabaya, termasuk terbesar di Indonesia. Karena komunitas di Surabaya ini sebagian besarnya berada dalam satu wilayah, tidak berpencar, maka komunikasinya jadi lebih mudah. Misalnya, di depan hotel kuno, Hotel Kemadjoean yang terletak di Jl.K.H. Mas Mansyur 96 Surabaya, ada papan tulis khusus berita kematian.
Setiap ada warga keturunan Arab yang meninggal maka nama dan alamatnya akan ditulis di papan tulis komunikasi itu. Dengan demikian warga yang melintas di depan hotel yang dibangun tahun 1928 itu bisa mengetahui, bila ada diantara komunitas mereka yang meninggal. Tidak jarang, sekadar informasi, warga keturunan Arab dari luar kota yang meninggal juga ditulis di papan tulis kematian itu.
Komunitas Arab di Surabaya ini juga memiliki tempat pemakaman sendiri, yang lokasinya bersebelahan dengan TPU Pegirian, dikelola oleh Yayasan Majannatul Arob. Makam Majannatul Arob ini tidak hanya tempat pemakaman bagi warga keturunan Arab di Surabaya, tetapi di sisi timur ada areal yang juga diperuntukkan warga keturunan etnis Banjarmasin, Palembang dan Makassar.
Akan halnya Yayasan Dakwah Bil Hal, karena keberadaannya benar-benar dibutuhkan, maka yayasan ini bisa berkembang dengan cukup pesat. Dalam beberapa tahun saja sudah memiliki tiga unit mobil ambulan. Juga perkantoran, serta ruangan untuk memulasaran jenazah.
"Sebelumnya, sejak puluhan tahun yang lalu apabila ada seorang keturunan Arab meninggal maka akan dimandikan dan disucikan oleh kerabat mereka sendiri. Bukan karena cara mereka yang berbeda tetapi karena sudah menjadi kebiasaan saja. Tapi kini, dengan adanya Dakwah Bil Hal, mereka bisa memanggil kami yang memiliki tim untuk memandikan jenazah," kata Adullah Albatati, Ketua Yayasan Dakwah Bil Hal.
Perkampungan di kawasan Ampel, tempat sebagian dari komunitas ini tinggal, adalah perkampungan yang padat. Dan sempit. Tidak sedikit kampung yang lebarnya cuma dua meter. Kondisi seperti ini tentu akan menyulitkan apabila ada warga yang meninggal dunia, kemudian bermaksud hendak memandikan jenazahnya di depan rumah.
"Dengan adanya Yayasan Dakwah Bil Hal, setidaknya faktor kesulitan ini bisa diatasi, " kata Abdullah Albatati.
Ditambahkan, ada dua tim memandikan jenazah, yaitu tim laki-laki untuk memandikan jenazah laki-laki, dan tim perempuan untuk memandikan jenazah perempuan. "Tim lak-laki terdiri dari enam orang masing-masing Arief Nabhan, Helmi Basrewan, Anif Bahwal, Muhammad Sarui, Jakfar Assegaf dan Muhammad Aljufri.
Susunan Pengurus.
Punya kantor, punya tempat untuk mengadakan rapat, serta memiliki ruangan untuk memandikan jenazah, adalah fasilitas yang istimewa, yang tidak dimikili oleh kegiatan serupa yang benar-benar non profit, di manapun kalau saja ada.
Bukan itu saja. Yayasan yang didirikan warga keturunan Arab ini juga mempunyai klinik, yang terletak di Jl. Sultan Iskandar Muda, bersebelahan dengan Mapolsek Semampir. Klinik Dakwah Bil Hal ini memiliki beberapa orang dokter. Pasien yang datang, bila dia dari kalangan tak mampu, akan digratiskan termasuk obat-obatan. Klinik ini terbuka bagi pasien dari kalangan manapun, etnis apapun, tidak hanya dari etnis Arab.
Sedangkan kantor yayasan sekaligus tempat pemulasarannya, berada di kawasan pergudangan lama, yang menghadap ke Kalimas, tak jauh dari Pasar Pabean. Tepatnya di Jl. Kalimas Timur 92 - 94 Surabaya. Bangunannya dua lantai. Untuk menghemat ruangan, tangga melingkar untuk naik ke ruang atas berada di luar.
Ruangan di atas digunakan untuk administrasi, perpustakaan dan ruang rapat. Sedang ruang bawah, dengan dua pintu harmonika, setengah digunakan untuk garasi ambulan, setengahnya lagi untuk ruang pemulasaran, dapur dan kamar mandi.
Di dalam ruang pemulasaran sendiri dilengkapi dengan water heater, gunanya untuk meluruskan apabila ada bagian tubuh jenazah yang sudah kaku. Juga dilengkapi dengan lampu anti bakteri yang digunakan untuk membunuh bakteri-bakteri dari jenazah yang tertinggal.
"Kantor dan tempat pemulasaran ini pertama kali kami tempati bulan Januari tahun 2015. Hingga sekarang sudah ratusan jenazah yang dimandikan di sini," kata Abdullah Albatati lagi.
"Alhamdulillah, tempat ini hasil dari waqaf seorang warga. Tadinya berupa gudang yang cukup luas, lantas kita ubah dalamnya jadi kantor dan tempat pemulasaran. Termasuk garasi untuk ambulan," katanya.
Untuk layanan pemulasaran ini, bila keluarga yang berduka memang tak mampu, juga tidak akan dipungut biaya. Alias gratis-tis. Termasuk juga misalnya apabila jenazah harus diangkut dengan ambulan.
Lantas dari mana yayasan memperoleh dana untuk pengembangannya? "Alhamdulillah, kami memiliki banyak donatur. Ada donatur tidak tetap, misalnya menghibahkan mobil ambulan, atau menyumbang kain kafan, atau bantuan dalam bentuk barang maupun uang. Tetapi ada juga donatur tetap, tapi yang ini belum optimal, mudah-mudahan dalam waktu dekat akan bisa kami aktifkan sistem donatur tetap ini, " kata Mahmud Baraja, Ketua Pembina Yayasan Dakwah Bil Hal.
Menurut Mahmud, tidak semua keluarga yang berduka menerima layanan secara gratis. "Bagi yang merasa mampu, biasanya memberi infaq kepada kami. Sifatnya infaq, jadi ya suka rela. Tapi tidak memberi pun juga tidak persoalan. Seperti itulah kami berdakwah, sebagaimana pengurus yayasan ini, semuanya tidak menerima bayaran karena kami bekerja Lilllahi Ta'ala. Kecuali beberapa orang pengemudi ambulan, yang memang berstatus pagawai sehingga mereka ini punya hak untuk menerima bayaran tetap.
Sebagai sebuah yayasan, maka pendiriannya tercatat di notaris. Sedangkan susunan pengurus Dakwah Bil Hal mengalami perkembangan. Saat ini, susunan pengurusnya sebagai berikut:
Pembina: Mahmud Barajak (Ketua), Farid Barmen, Zaqi Ashibli dan Khairul Anwar. Penasehat : Ustadz Abdullah Bahres (Ketua) dan Mustafa Baraja. Ketua:Abdullah Albatati. Sekretaris : Anif Bahwal. Bendahara : Wildan Bahaj. Ambulance : Jadid Bayasyut. Pemulasaran : Arif Nabhan, dan penanggungjawab poliklinik adalah Hasan Baraja.
Jenazah Covid-19
Dengan lebih banyak bekerja secara sukarela ini yayasan terus berkembang.
"Kira-kira tahun 2012, awalnya kami memulai dengan membeli mobil bekas Mazda, yang kita renovasi jadi ambulan. Di badan mobil itu kita pasang nama dan logo yayasan. Dengan ambulan itu kita beroperasi, dengan membantu mengantarkan orang sakit ke rumah sakit, atau menjemput jenazah dari rumah sakit. Semua pelayanan kita berikan secara gratis," kata Mahmud Baraja, seraya menambahkan bahwa saat itu belum banyak pihak yang mengoperasikan ambulan seperti sekarang.
Ternyata dengan memasang logo dan nama yayasan di badan mobil itu punya pengaruh positif.
"Banyak orang yang setelah melihat mobil ambulan kami itu, kemudian bertanya-tanya, dan akhirnya mencari kami, pengurus yayasan. Mereka datang tidak lain untuk menyerahkan sumbangan. Termasuk pada akhirnya ada yang mewakafkan gudang untuk kantor yayasan, dan barusan ini ada yang mendonasi sebuah mobil baru gres untuk ambulan, sehingga kami sekarang memiliki tiga unit ambulan," kata Mahmud Baraja kepada Ngopibareng, Sabtu kemarin.
Dakwah Bil Hal adalah ladang berdakwah bukan saja bagi para pengurusnya tetapi juga bagi masyarakat luas, kata Farid Barmen, yang dalam kepengurusan tercatat sebagai pembina yayasan.
"Maksud saya begini. Ada orang yang berdakwah untuk perkembangan Islam melalui ilmu dan kepandaiannya berbicara di depan umat. Mereka itu biasa kita sebut mubaligh. Tapi apakah hanya mubaligh yang bisa berdakwah? Tentu saja tidak. Pengusaha bisa saja berdakwah, demikian juga profesi-profesi lain, mereka semua ini harus juga berdakwah kepada umat melalui cara masing-masing," katanya.
"Dakwah Bil Hal, adalah cara kami berdakwah, bukan dengan pidato, tetapi dengan perbuatan. Itu sesuai dengan artinya, berdakwah dengan perbuatan. Yaitu dengan memberi pelayanan kepada umat, membersihkan dan memandikan jenazah, mengantarkan orang sakit ke rumah sakit, dan sebagainya, semua itu adalah cara kami berdakwah untuk Islam. Semua Muslim kan pada dasarnya harus berdakwah, tetapi dengan cara dan bidang masing-masing. Dengan demikian umat akan makin kuat," kata Farid Barmen.
Saat ini, lanjutnya, Dakwah Bil Hal memang fokus pada kesehatan dan kematian. Tapi bukan tidak mungkin ke depan akan menyentuh bidang yang lain.
"Saat ini misalnya, era perkembangan teknologi. Kami tentu tidak akan mengabaikannya, sebagai bagian dari kegiatan berdakwah dengan perbuatan. Tapi itu untuk tahap berikutnya, karena saat ini fokus kami masih pada kesehatan dan kematian," kata Farid Barmen.
Bagaimana dengan merawat dan memandikan jenazah akibat coronavirus? "Nah, kalau yang ini kami tidak ikut terlibat, karena oleh pemerintah kami memang dilarang menangani korban Covid-19. Ada protokolernya, kami tidak boleh melakukannya," kata Abdullah Albatati kepada Ngopibareng.
Dakwah Bil Hal memang memiliki fasilitas untuk merawat dan memandikan jenazah yang berpotensi menular misalnya akibat penyakit TBC, bahkan termasuk HIV-AIDS, yang pernah juga dilakukannya. Tetapi merawat, memandikan sampai memakamkan jenazah akibat coronavirus, siapapun tahu, menjadi monopoli pemerintah. (m. anis)
Advertisement