Santri di Tiongkok Harus Tiru Laku Walisongo, Pesan Dahlan Iskan
Tokoh pers Indonesia, Dahlan Iskan, mengatakan, para pelajar Indonesia di China yang memiliki latar belakang pondok pesantren (santri) harus meneladani sikap Walisongo dalam beragama di China.
Menurutnya, dengan meneladani Walisongo, para santri menjadi fleksibel dan dapat diterima oleh semua kalangan.
Menurut Menteri BUMN ini, para santri di China hendaknya bersikap ringan kaki, suka membantu, suka tersenyum, dan tidak melakukan perbuatan tercela. Sehingga image Islam di China menjadi baik, begitu pula dengan image Indonesia di China.
Dengan demikian, hubungan kedua negara tidak hanya kuat di atas, namun juga kuat di level bawah (people-to-people contact).
Dahlan Iskan mengungkapkan hal itu, dalam acara webinar yang bertajuk Diplomasi Santri: Menebar Ukhuwah Lintas Bangsa Indonesia-China. Acara digelar Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok dalam rangka rangkaian Hari Santri 2020.
Acara ini menghadirkan dua narasumber, selain Dahlan Iskan (Menteri BUMN 2011-2014), juga Dr Helmy Faishal Zaini, Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2015-2020.
Dihadiri sebanyak 252 peserta secara virtual melalui aplikasi Zoom. Demikian ungkap PCINU Tiongkok kepada media ini, Minggu 15 November 2020.
Agenda ini dipandu oleh Novi Basuki yang merupakan kandidat doktor Jurusan Hubungan Internasional, Sun Yat Sen University Guangzhou dan penulis buku best seller “Ada Apa dengan China”.
Dahlan Iskan pada bagian lain menambahkan, praktik Islam di China tidak ubahnya dengan praktek Islam di Indonesia. Sama-sama memiliki dan mengamalkan ajaran ahli sunnah.
Meskipun Islam di China mayoritas penganut islam mazhab Hanafi dan Islam di Indonesia bermazhab Syafií, namun Islam di kedua negara memiliki kesamaan dalam mengamalkan ajaran ahli Sunnah.
Dalam uraiannya, Helmy Faishal menyampaikan bahwa masuknya Islam di Indonesia dan masuknya Islam di China memiliki kesamaan dalam prototype dakwah, yaitu tidak membentur-benturkan agama dengan budaya. Sehingga Islam di kedua negara memiliki spirit wathaniyah (semangat kebangsaan) yang menjadikannya mampu melebur di tengah masyarakat.
Dalam acara ini, PCINU Tiongkok juga meluncurkan program baru yang bernama Nihao Talks (你好谈话). Program ini merupakan serial webinar dan podcast bulanan yang akan mengundang tokoh-tokoh yang relevan di bidang diplomasi, sosial budaya, ekonomi dan teknologi di Indonesia dan China.
Program ini juga membuka kerjasama dengan banyak pihak seperti media partner dan lainnya yang relevan. Diharapkan program ini nantinya bisa semakin membuka ruang informasi publik bagi kedua negara.
Demikian dilaporkan Hilyatu Millati Rusdiyah,Pengurus PCINU Tiongkok.