Dahlan Iskan Dikabarkan Pindah Agama, Simak Pidato Lengkapnya agar Tak Salah Paham
Dalam potongan video, Dahlan Iskan tampak menyinggung praktik agama tertentu yang tidak menerapkan sembahyang, berdoa, maupun pembangunan rumah ibadah. Ia juga tampak mengklaim sebagai anggota dari agama terkait. Netizen pun heboh.
Pidato tersebut diketahui bertempat di Pondok Pesantren Ma'had Al-Zaytun yang terletak di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Indramayu, Jawa Barat, dalam rangka ulang tahun ke-25 ponpes.
Penjelasan Pidato Dahlan Iskan
Dahlan Iskan diketahu tengah menjelaskan ajaran Buddha Tzu Chi yang ia temui di Taiwan. Ia juga sebagai bagian anggota aktivis. Berikut ini pidato lengkapnya dikutip dari kanal YouTube Jakmas.co.
"Saya beberapa kali ke Taiwan, ke satu pantai Timur namanya Hualien, saya bertemu dengan pemimpin agama tertinggi di sana, agama itu namanya Buddha Tzu Chi dan di sana diajarkan bahwa agama mereka ini tidak boleh mempunyai tempat ibadah. Agama ini juga melarang umatnya melakukan sembahyang apa pun. Tidak ada sembahyang, tidak ada doa, tidak ada rumah ibadah. Namanya Buddha Tzu Chi, Yang di Jakarta itu berkembang dan saya menjadi salah satu anggota aktivisnya," ungkapnya.
Menurut Dahlan Iskan, pembangunan rumah ibadah yang kian massif tak hanya menjadi persaingan simbol pemasaran antaragama, tetapi juga berpotensi menjadi sumber konflik.
"Dan mereka berprinsip bahwa jangan-jangan rumah ibadah itu menjadi satu simbol persaingan marketing antaragama, banyak-banyakan rumah ibadah, besar-besaran rumah ibadah, megah-megahan rumah ibadah. Kalau ada masjid bagus, gereja juga bersaing harus bagus, yang lain juga harus bagus, akhirnya terjadi persaingan rumah ibadah yang mungkin ini akan menjadi sumber konflik ke depan," tuturnya.
Dahlan juga menjelaskan bahwa penganut Buddha Tzu Chi lebih berfokus untuk menyebarkan kebaikan kepada sesama, salah satunya kepada anak-anak yang kurang beruntung.
"Mereka mengetakan bahwa sembahyang terbaik, doa terbaik adalah membantu orang lain. Jadi mereka sangat aktif ketika memberantas kebodohan, sangat aktif di bidang kesehatan, sangat aktif donor organ, dan segala macam," demikian penjelasannya.
Dahlan Iskan pun menyampaikan pentingnya untuk tetap memelihara kebersamaan. Jangan sampai perbedaan agama justru menimbulkan perpecahan.
"Saya berpikir kenapa lahir agama seperti itu, tentu juga berdasarkan pemikiran-pemikiran bahwa jangan sampai dunia ke depan itu runtuh bukan hanya karena pangan, tapi juga karena persaingan agama, persaingan ideologi. Dan agama yang semestinya menjadi sumber kedamaian, (justru) menjadi sumber pertikaian dan sumber konflik," tutupnya.
Sejarah Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi
Dikutip dari Wikipedia, Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi (Hanyu Pinyin: Cí Jì) didirikan oleh Master Cheng Yen, seorang biksuni yang berkomitmen untuk mengembangkan misi sosial berbasis ajaran Buddha, pada 14 April 1966.
Tzu Chi berawal dari sebuah vihara kecil di Hualien, Taiwan, di mana Master Cheng Yen dan para muridnya hidup dengan mengandalkan hasil pertanian dan usaha rumah tangga. Dengan semangat membantu sesama, mereka bertekad untuk tidak menerima sumbangan, melainkan mengandalkan usaha sendiri.
Cerita awal berdirinya Tzu Chi berawal ketika Master Cheng Yen menjenguk seorang pasien yang mengalami pendarahan lambung. Saat itu, dia menyaksikan penderitaan seorang wanita yang tidak dapat membayar biaya pengobatan. Dari situ, ia tergerak untuk mengumpulkan dana amal bagi yang membutuhkan. Melalui kerjasama dengan relawan yang ada, Tzu Chi mulai mengumpulkan dana dengan cara merajut sepatu bayi dan mengisi celengan bambu.
Seiring berjalannya waktu, organisasi ini berkembang pesat, di mana pada bulan Mei 1966, Badan Bakti Amal Tzu Chi dibentuk dan kemudian diubah menjadi Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi. Misi mereka tidak hanya terbatas di Taiwan, tetapi juga menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.
Filosofi dan Nilai-Nilai Tzu Chi
Tzu Chi berlandaskan pada ajaran Buddha yang menekankan welas asih dan kedermawanan. Mereka percaya bahwa setiap individu, tanpa memandang latar belakang, memiliki potensi untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Filosofi utama mereka adalah “Menebar kasih sayang untuk semua makhluk hidup” dan “Mengembangkan kebajikan melalui tindakan nyata”.
Cabang-Cabang Tzu Chi di Indonesia
Bali
Bandung
Batam
Biak
Depok
Mamuju
Makassar
Manado
Medan
Jakarta
Jambi
Karimun
Lampung
Padang
Palembang
Palu
Pekanbaru
Pontianak
Singkawang
Surabaya
Tangerang
Tanjung Pinang
Tebing Tinggi
Tanjung Balai Karimun
Yogyakarta
Advertisement