Pandemi Covid-19 Dikhawatirkan Ujung-ujungnya Dagang Vaksin
Kekhawatiran beberapa pengamat bahwa pandemi Covid-19 ujung-ujungnya adalah bisnis tak terelakkan. Setelah berebut jualan alat rapid test, alat pelindung diri (APD), kini beralih ke vaksin. Indonesia akan menjadi market vaksin yang cukup besar. Diperkirakan lebih dari 200 juta vaksin.
Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Febrian Alphyanto Ruddyard menyatakan, Indonesia akan mendapat subsidi harga vaksin Covid-19 dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) lewat COVAX Facility.
Indonesia yang tergabung dalam COVAX dikategorikan sebagai Advance Market Commitment (AMC) sehingga mendapat jaminan harga vaksin yang terjangkau.
"Ini kita termasuk dapat Advance Market Commitment, artinya kita mendapat harga subsidi. Lebih murah dari beberapa kelompok negara lain yang dianggap memiliki kemampuan ekonomi yang lebih besar," kata Febrian dalam konferensi pers virtual, Jumat 16 Oktober 2020.
"Memang kita sudah naik pada lower middle income country jadi upper middle country. Berdasarkan pemahaman ini, kita masih middle lower sehingga kita masuk dalam harga yang bisa disubsidi, tidak sebagai negara yang mendapat harga pasar," kata Febrian.
WHO dikatakan hanya menjatah vaksin untuk 20 persen dari total populasi Indonesia. Untuk itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir gencar melakukan diplomasi pengadaan vaksin Covid-19 ke negara produsen sebagai langkah bilateral.
Febrian mengatakan, kerja sama bilateral dengan negara produsen vaksin diperbolehkan untuk mencukupi stok vaksin suatu negara. Ia menambahkan, Indonesia memiliki hubungan baik dengan sejumlah negara sehingga memiliki modal kuat untuk menjalin kerja sama pengadaan vaksin Covid-19 secara bilateral.
Selain itu, stok vaksin diketahui sangat terbatas. Karena itu Indonesia harus memesan terlebih dahulu agar tak didahului negara lain, meskipun vaksin Covid-19 saat ini belum jadi lantaran masih menjalani uji klinis tahap ketiga.
"Bu Menlu dan Pak Erick kan kemana-mana tuh, ke UEA, Cina, sekarang ke Ingggris dan ke Swiss. Inilah upaya untuk menutupi kekurangan dengan kerja sama bilateral kita dengan negara lain secara langsung," katanya.
Untuk diketahui, saat ini Indonesia telah mendapat komitmen penyediaan vaksin dari Cina melalui Sinovac serta Cansino, UEA melalui G42 yang bekerja sama dengan Sinopharm, dan Inggris melalui AstraZeneca.
Kandidat vaksin dari Sinovac serta Cansino, G42 (Sinopharm), dan AstraZeneca tengah menjalani uji klinis tahap ketiga. Adapun uji klinis kandidat vaksin dari Sinovac salah satunya dilakukan di Bandung, Jawa Barat.