Daerah Surplus, Petani Bojonegoro Pertanyakan Pemerintah Impor Beras
Petani di Kabupaten Bojonegoro mempertanyakan rencana Pemerintah impor beras pada tahun 2024 ini. Padahal stok beras di daerah-daerah Jawa Timur, termasuk di Kabupaten Bojonegoro relatif tercukupi.
Menurut Masudin, petani asal Kecamatan Padangan, Bojonegoro, tegas menolak atas rencana pemerintah impor beras. Karena dengan impor beras, akan merusak harga baik gabah maupun beras di pasar. “Jelas menolak, lha wong Bojonegoro produksi berasnya bagus di Jawa Timur,” ujarnya pada ngopibareng.id Selasa 25 Juni 2024.
Dia meminta agar rencana pemerintah impor beras untuk dievaluasi lagi. Karena jika itu diteruskan, akan berdampak pada petani di daerah-daerah. “Sebentar lagi akan panen kedua di Bojonegoro, kenapa harus impor,” imbuhnya.
Sebagai catatan panen raya pertama di Kabupaten Bojonegoro pada Maret-April 2024 lalu. Kemudian pada panen kedua ini, dijadwalkan pada akhir Juni dan awal Juli 2024 ini. Sedangkan lokasi panen raya di Bojonegoro merata di beberapa desa di 28 kecamatan kabupaten ini. Misalnya di Kecamatan Kapas, panen merata di Desa Bendo, Desa Kalianyar, Desa Wedi lainnya.
Lokasi untuk areal persawahan berada di pinggir Sungai Bengawan Solo, terutama di 16 kecamatan di Bojonegoro. Seperti Kecamatan Ngraho, Padangan, Kasiman, Purwosari, Gayam, Kalitidu, Dander, Kapas, Kanor, Balen. Kemudian di Sumberejo, dan Baureno. Persawahan yang dialiri Sungai Bengawan Solo, hasilnya cukup bagus dengan rata-rata produksi padi antara 6 hingga 7,5 ton perhektare gabah kering panen. Tetapi untuk daerah yang pengairannya bagus produksinya bisa mencapai 8 hingga 8,5 ton perhektare.
Sementara itu data di Dinas Pertanian Bojonegoro menyebutkan, produksi gabah di kabupaten ini untuk tahun 2021 mencapai 824.723 ton atau setara dengan 487.846 ton. Sedangkan kebutuhan pangan untuk masyarakat Bojonegoro 111.176 ton pertahun. Sehingga ada surplus beras sebanyak 376.000 ton di tahun 2021.
Meski sedang panen raya, harga beras di pasaran di Kabupaten Bojonegoro relatif masih tinggi. Misalnya untuk beras medium harganya berada di kisaran Rp 10.500 hingga Rp 10.750 perkilogram. Sedangkan beras kategori super jenis teratai harganya mencapai Rp 13.000 perkilogram, terhitung pada Senin 20 Februari 2023.
Seperti diketahui, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) akan impor beras sekitar 5,18 juta ton. Tetapi dengan catatan tidak melakukan impor pada saat panen.
Menurut Plt Sekretaris Utama NFA Sarwo Edhy, sampai saat ini jumlah impor beras 1.774.904 ton atau sekitar 1,77 ton. Sedangkan sesuai rencana impor bulan Mei sampai dengan Desember 2024 sesuai dengan kesepakatan hasil Rakortas sebesar 3,4 juta ton.
"Jadi tahun ini kita akan impor lebih kurang 5,18 juta ton, dengan catatan tidak impor pada saat panen," ujarnya dalam Rakor Pengendalian Inflasi Daerah di Kemendagri, dikutip dari laman badanpangan.go.id Selasa 25 Juni 2024.
Dikatakan oleh Sarwo Edhy, pemerintah terus memperkuat Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dan penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD). Tujuannya untuk meminimalisir disparitas harga beras antar wilayah.