Daerah di Jatim Alami Kekeringan, Sumber Air Hilang di Ngawi
Sejumlah daerah di Jawa Timur (Jatim) alami kekeringan ekstrem dalam beberapa waktu terakhir. Sejumlah sumber air di beberapa wilayah, di antaranya Ngawi, kering dan hilang. Menanggani hal itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur (BPBD) menyalurkan bantuan air bersih.
Kalaksa BPBD Jatim Budi Santosa mengatakan, kekeringan merupakan salah satu jenis bencana yang ada di Jatim. Di tahun ini, bencana tersebut sudah melanda 23 kabupaten/kota.
Dari jumlah tersebut, kata Budi, 232 kecamatan dan 699 desa/kelurahan mengalami kering kritis. Yakni, kondisi kekeringan yang jarak lokasi rumah warga dengan sumber air lebih dari 3 Km.
Di sisi lain, dari total 23 kabupaten/kota yang ada, daerah terbanyak kekeringan berada di Kabupaten Pacitan dengan jumlah 115 desa, kemudian disusul Kabupaten Sampang 78 desa dan Bangkalan 69 desa.
Untuk penanganan kekeringan tersebut, tujuh kabupaten telah mengajukan bantuan air bersih ke Pemprov Jatim. Yakni, Kabupaten Sumenep, Kab. Pamekasan, Bangkalan, Ngawi, Pacitan, Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan.
Budi mengungkapkan, salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan bantuan air bersih. Hal ini seperti yang dilakukan pihaknya di Desa Banjarbanggi Kecamatan Pitu, Ngawi.
Di wilayah perbatasan antara Jatim dengan Jateng tersebut, BPBD Jatim bersinergi dengan BPBD Ngawi menyalurkan air bersih di Desa Banjarbanggi. Sebanyak dua tangki air bersih atau sekitar 12 ribu liter dibagikan BPBD Jatim secara gratis kepada warga Dusun Pojok yang berjumlah sekitar 64 KK.
"Jadi ini adalah bantuan dari Ibu Gubernur Jatim, Ibu Khofifah Indar Parawansa kepada masyarakat yang terdampak kekeringan di musim kemarau tahun ini," kata Budi, Kamis, 30 September 2021.
Budi mengungkapkan, selain upaya memberikan bantuan air bersih, pihaknya juga akan melakukan penelusuran terhadap sumber-sumber mata air yang kering dan hilang.
Terhadap sumber-sumber air tersebut, BPBD Jatim akan melakukan gerakan reboisasi, penanaman pohon dan penghijauan di sekitar sumber bersama sejumlah relawan dan elemen masyarakat.
Adapun jenis pohon yang akan ditanam adalah tanaman penyerap air seperti durian, trembesi, dan bambu. "Kasus seperti ini pernah terjadi di Nganjuk. Sumber airnya sempat hilang, tapi setelah dilakukan reboisasi dan penghijauan, akhirnya sumbernya muncul lagi," tutupnya.
Advertisement