Cycling Computer SRM Pogacar Hilang, Ditemukan Fotografer
Balap Tour de Flanders, Minggu, 3 April hampir usai. Tinggal 20 km lagi. Tadej Pogacar (UAE Team Emirates) mengalami tabrakan dalam kecepatan rendah. Dan menabrak dek sehingga terjatuh.
Pogacar sempat mengikuti Mathieu van der Poel di tanjakan Oude Kwaremont yang kedua. Tetapi sayang, adu sprint di garis finis membuatnya harus rela bertengger di peringkat keempat.
“Saya kehilangan SRM (cycling computer). Saya tidak punya data apa pun. Saya hanya mengandalkan radio dan sport director,” keluhnya seusai balapan.
Untuk beberapa orang, peristiwa jatunya Pogacar ini mudah terlupakan. Tetapi tidak untuk Leon Van Bon, seorang sport photographer yang bekerja untuk Tour of Flanders.
Dia berada di posisi yang sangat tepat. Di waktu yang tepat pula. “Itu adalah 20 km sebelum finis. Ada di dekat Sint Niklaas,” tutur Leon.
“Pogacar berusaha memasuki peloton karena dia harus menjadi satu baris. Ternyata ada beberapa yang jatuh, dia ikut jatuh. Saya melihat SRM power meternya jatuh dan saya menyadarinya bahwa itu milik Pogacar,” cerita Leon.
Insting pertama Van Bon adalah memotret kejadian kecelakaan itu dahulu. Lantas baru mengambil SRM itu dari jalanan. Van Bon berusaha mengembalikannya, tetapi Pogacar tidak mengindahkan dan langsung pergi.
“Saya sempat memotret lalu mau saya kembalikan. Tetapi dia sibuk dengan hal lain,” jelasnya.
Ketika di ruang media, Van Bon bekerja dengan ditemani SRM Pogacar di sebelah laptopnya. “Saya kenal dengan sport director Pogacar. Jadi saya bilang ke mereka bahwa saya simpan SRM Pogacar,” bilangnya.
Tak lama kemudian, tim UAE Emirates mengirimkan email berisi alamat dan USP Label untuk mengirimkan SRM itu kembali ke UAE Team Emirates. Tanpa bertemu dengan Pogacar, kecil Van Bon akan mendapatkan reward dari tim maupun Pogacar.
“Tidak masalah. Tetapi boleh dong saya meminta foto bersama Pogacar beberapa detik,” pintanya.
Sebenarnya Leon Van Bon ini bukan nama yang aneh. Dia adalah pembalap sepeda professional. Pernah memenangkan dua etape Tour de France, beberapa etape di Vuelta a Espana. Begitu pula di Paris-Nice dan Tirreno-Adriatico.
Dia memang tertarik dengan fotografi dan sepeda. Akhirnya dia jadi pembalap profesional dan mengubur hasratnya di fotografi. Ketika anak perempuannya lahir, dia terusik kembali dengan kamera. Jadi sebelum pensiun dari dunia balap profesional, Van Bon sudah mendirikan studio foto di rumahnya.
“Akhirnya saya merasakan sisi lain dari olahraga sepeda. Yakni menjadi fotografer balap sepeda. Yang mana dulu sayalah pembalap itu. Dan perasaan ini sangat menakjubkan!” tutupnya.