Curhat Warga India di Karantina Corona: Makan Kurma dan 2 Pisang
Seorang anggota Jemaah Tablig membagikan pengalamannya menjalani bulan Ramadhan di pusat karantina New Delhi, India.
Pria bernama Izhar Ahmad tersebut rupanya sudah menjalani karantina selama hampir sebulan, atau dua kali lipat lebih lama dari waktu yang seharusnya yakni 14 hari.
Izhar pun merasa heran mengapa dirinya tak kunjung dipulangkan dari pusat karantina meski tes Covid-19 yang ia jalani menunjukkan hasil negatif.
"Tiga tes corona saya hasilnya semua negatif. Tapi, saya masih di sini, tidak diizinkan bertemu keluarga atau teman saya," tutur pria berusia 40 tahun tersebut, dilansir Al Jazeera.
Izhar mengisahkan, polisi membawa dirinya ke pusat karantina ini usai menghadiri Tablig Akbar, yang disebut-sebut menjadi salah satu sumber penyebaran corona di India pada Maret 2020 lalu.
Jemaah Tablig sendiri sejak saat itu menjadi sasaran kampanye media, apalagi kelompok sayap kanan Hindu menuduh komunitas Muslim menyebarkan virus tersebut.
Menurut Izhar, kondisi di pusat karantina tersebut juga tidak cukup layak. Izhar mengungkapkan bahwa 4 hingga 6 orang ditempatkan bersama di kamar darurat. Tidak ada kipas angin dalam kamar tersebut, sehingga kondisi di dalamnya pengap dan lembab.
Selain itu, Izhar juga kekurangan makanan saat sahur dan buka puasa. Padahal, para Jemaah Tablig yang dikarantina tengah menjalani puasa di bulan Ramadhan ini. "Mereka tidak menyediakan makanan saat sahur dan hanya memberikan kurma serta 2 buah pisang pada saat berbuka puasa," ungkap Izhar.
"Kami ingin pulang, mereka tidak punya alasan untuk menahan jami di sini. Terlebih saya sudah dites negatif sebanyak 3 kali," sambungnya.
Kondisi serupa juga dialami oleh Ibrahim Sultan yang sudah dua kali dites negatif corona. Ia mengaku ingin segera pulang dan kembali kepada keluarganya.
"Mereka sudah melakukan tes lagi dan kini saya sedang menunggu hasilnya. Saya ingin kembali kepada keluarga jika saya tidak terjangkit corona, kami hanya menunggu dalam kondisi menyedihkan di sini, dan kami mengalami kesulitan di bulan Ramadhan ini," keluhnya
Merespon kondisi tersebut, Ketua Komisi Minoritas Delhi, Zafarul Islam Khan, sudah menuntut pembebasan Muslim yang ditahan di pusat-pusat karantina. "Kondisi buruk di pusat-pusat karantina dan fasilitas makanan dan obat-obatan di sana perlu lebih diperhatikan," ujarnya.