Curah Hujan Tinggi, Produksi Garam di Tuban Turun
Curah hujan tinggi terjadi di wilayah pesisir utara mengakibatkan produksi garam di Desa Pliwetan, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban tidak maksimal.
Pantauan ngopibareng.id, tampak hamparan lahan tambak yang digunakan untuk produksi garam digenangi air hujan. Hal itu, membuat petani garam tradisional memanen lebih awal dengan hasil tidak maksimal, Rabu 12 Oktober 2022.
Salah satu petani garam tradisional di Desa Pliwetan, Roy Septian 23 tahun mengaku, pada musim ini dia menggarap lahan tambak garam milik kakeknya hanya bisa panen garam sekitar 4 ton.
Padahal pada musim sebelumnya, hasil panen garam di tambak milik kakeknya bisa menghasilkan garam antara 30-40 ton dalam kurun waktu antara 3-4 bulan.
"Musim ini hanya produksi 1 bulan, itu pun hasil panennya tidak maksimal," terang Roy Septian kepada Ngopibareng.id.
Dia menambahkan para petani garam di Desa Pliwetan tidak menyangka jika musim hujan datang lebih awal. Sebab, pada musim sebelumnya di bulan Oktober para petani garam masih bisa panen dengan hasil yang maksimal.
Kendati begitu, pada musim ini petani garam merasa diuntungkan dengan harga garam yang cukup tinggi, yakni Rp1000 per kilogram.
"Kemarin harga terakhir Rp1000 ribu dan ini cukup tinggi. Karena musim-musim sebelumnya harga garam hanya kisaran Rp200-Rp300 per kilogram," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Peternakan (DKPPP) Kabupaten Tuban, Eko Arif Yulianto saat dikonfirmasi terkait merosotnya produksi garam akibat curah hujan tinggi masih belum memberikan respons.