Demam Berdarah Serang 54 Orang di Kediri, 1 Meninggal
Dinas kesehatan Kabupaten Kediri mencatat, terdapat 54 warga terserang penyakit demam berdarah, selama Januari hingga akhir Febuari 2020. Dari puluhan warga tersebut, satu di antaranya, pasien balita, meninggal.
plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Bambang Triyono Putro mengatakan, pasien meninggal lantaran datang ke rumah sakit dalam kondisi yang gawat. "Datang kondisi sudah drop, sudah diarahkan dirujuk tetapi harus menunggu orang tuanya dua hari kemudian. Kondisi saat itu mungkin sudah dengue shock syndrome (DSS), "sesal Bambang Triyono Putro.
Pihaknya mengaku sudah melakukan upaya antisipasi pencegahan penyakit demam berdarah sejak September 2020. Upaya yang dilakukan antara lain mengadakan giat jambore PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan melibatkan semua kader Jumantik yang ada di setiap desa.
"Di bulan berikutnya dinas melakukan evaluasi dengan memonitoring, ke setiap Puskesmas untuk melihat bagaimana angka bebas jentiknya di sana, paling tidak bisa menjadi gambaran," imbuhnya.
Menurutnya nyamuk Aedes Aegypti memiliki kecenderungan mengigit pada saat jam sekolah. Sebabnya, sebagian besar pasien adalah anak-anak. Dinkes melibatkan guru UKS untuk menanggulangi nyamuk, terutama di lingkungan sekolah.
Selain itu, tren nyamuk demam berdarah diperkirakan akan menurun di akhir Maret. "Informasi dari mitigasi bencana kayaknya Febuari atau awal Maret trennya naik, setelah itu turun. Kemunculan banyak nyamuk pada waktu jam sekolah," paparnya.
Seperti diketahui, pada 2019 lalu, Kabupaten Kediri dinyatakan berstatus kejadian luar biasa (KLB) untuk penyakit demam berdarah. Setidaknya saat itu dalam rentang waktu 12 bulan tercatat ada sekitar 19 warga meninggal akibat demam berdarah.
"Makanya pesan dari pimpinan tahun ini diharapkan fokus ke demam berdarah, jangan sampai kejadian seperti tahun kemarin, " tandasnya.