Curah Hujan Kurang, Pisang Segar di Jombang Langka Jelang Lebaran
Terganggunya produksi petani akibat gangguan iklim El Nino tak hanya berupa harga jual beras yang kini tengah melonjak. Di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, dampak El Nino juga dirasakan petani perkebunan.
Pisang jenis cavendis langka jelang lebaran. Padahal sedianya pisang cavendis panen raya di bulan Maret-April ini saat Ramadan dan Lebaran 2024 ini.
Purwoko, salah satu petani di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam menuturkan, selama El Nino terjadi penurunan curah hujan yang menyebabkan tanaman perkebunan mengalami kekeringan parah.
“El Nino memang terjadi pada saat musim kemarau dulu, tapi dampaknya sekarang. Akibat tanaman kami kekurangan air, banyak yang mati. Menjelang lebaran ini, kami tidak bisa melakukan panen,” katanya, Rabu 6 Maret 2024.
Selain menyebabkan tanaman mati, El Nino juga memicu buah pisang dan tanaman lain tumbuh dengan kondisi tidak ideal. “Buah menjadi berukuran lebih kecil, rasa yang kurang enak, dan kualitas yang buruk,” lanjutnya.
Kondisi ini jelas akan menyebabkan ketidakstabilan harga pasar. Gagal panen atau panen dengan kualitas buruk dapat menyebabkan pasokan dapat berkurang, yang kemudian memicu kenaikan harga dan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.
“Saat lebaran ini pisang cavendis segar harganya Rp20 ribu per cengkeh (sisir Red). Sangat disayangkan, pas harganya mahal-mahal malah tidak bisa panen ,” tambahnya.
Pernyataan sama juga diutarakan sejumlah produsen keripik pisang di Kecamatan Wonosalam. Karena langka, para produsen terpaksa harus berburu pisang cavendis sampai ke luar Jombang. “Kami sekarang hanya bisa bergantung pada pisang yang dijual di Pasar Induk Pare (Kabupaten Kediri),” ujar Siti Mukaromah, produsen keripik pisang.
Karena ketersediaan bahan baku yang terbatas, permintaan keripik pisang kata Siti dipenuhi namun dengan harga yang lebih mahal. “Per kilo saya menjual 65 ribu. Lebih mahal dari biasanya. Mau bagaimana lagi, minyak goreng juga harganya saat ini Rp 172 ribu per 12 liter. Belum lagi gula pasir dan ongkos produksi,” pungkasnya.
Advertisement