Cungkil Motor Terpendam Abu, Wagimin Selamat dari Erupsi Semeru
Wagimin, 56 tahun, warga Dusun Kajar Kuning, Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang berhasil Selamat dari erupsi Gunung Semeru, pada Sabtu 4 Desember 2021. Laki-laki paruh baya itu berhasil lari sambil menyelamatkan buyutnya menggunakan motor temuan yang nyaris hilang terendam abu.
Selamatkan Buyutnya
Ditemui di tempat kerabatnya, di Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Wagimin mengaku masih belum bisa melupakan erupsi Semeru.
Ia mengingat, tak ada peringatan apa pun sebelum Semeru meletus. Namun sekitar pukul 15:00 cuaca mendadak gelap. Tak ada Matahari yang seharusnya masih melimpah di waktu Ashar. "Tiba-tiba di luar rumah gelap gulita akibat hujan debu. Padahal waktu itu masih jam 15.00 WIB," cerita Wagimin.
Dari balik kaca jendela rumah, ia melihat motornya nyaris hilang terkubur abu dan lahar dingin Semeru. Merasa sedang dalam bahaya, ia lantas mencungkil motornya dengan linggis, " Alhamdulillah walau terendam pasir distater sepeda motornya masih bisa hidup," katanya, Selasa 7 Desember 2021.
Tak menunggu waktu lama, Wagimin segera membawa buyutnya yang sudah berusia 80 tahun menaiki sepeda motor untuk menjauh dari kaki Gunung Semeru. Kondisi jalan sungguh gelap. Ia hanya mengikuti petunjuk dari nyala lampu sepeda motor yang ditumpanginya.
Wagimin merasa bersyukur bersama buyutnya Maru'eh yang sudah berumur 80 tahun bisa selamat dari semburan lava Gunung Semeru dengan menaiki sepeda motor .
Waktu kejadian, Wagimin bersama keluarganya bisa menyelamatkan diri setelah menjauh 4.5 kilometer ke arah Timur dari rumahnya.
Banyak Warga Terjebak di Rumah
Ia mengaku cukup beruntung bisa pergi menyelamkan diri dengan keluarganya, di waktu yang tepat. Sebab, ada sejumlah warga yang meninggal akibat terjebak di dalam rumah, sebab pintunya terkunci tumpukan abu.
Ada pula warga yang meninggal akibat tertimpa atap rumah dari asbes, yang roboh tidak kuat menahan tumpukan abu vulkanik Semeru. Rumahnya sendiri telah roboh akibat guyuran hujan abu dan lahar dingin Semeru.
Selain buyutnya, dua dari lima ekor kambing miliknya juga berhasil diselamatkan. Sisanya mati karena tertimbun abu vulkanik. Namun hingga kini Wagimin tak tahu apakah penjual kambing (blantik) yang rumahnya sama-sama roboh, mau membayar kambingnya. "Yang penting keluarga saya selamat," katanya lirih.
Sebetulnya tiga hari sebelum kejadian, warga di dusun Kajar Kuning sudah diperingatkan untuk waspada erupsi gunung Semeru oleh Pos Pantau Semeru. Hanya saja, peringatan itu tidak memberikan informasi jelas, kapan Semeru erupsi, dan apakah warga harus mulai mengungsi. "Sebab, kalau terlambat lari semenit saja, mungkin saya juga tidak selamat," katanya.
Mengungsi di Blitar
Wagimin beserta keluarga bertemu di pengungsian di Desa Wonosari, Kecamatan Menanggal, Lumajang, sebelum dijemput saudaranya Trisna Syafi' i yang berada di Kabupaten Blitar.
Awalnya ia keberatan jika harus mengungsi jauh dari rumahnya. Namun setelah melihat rumahnya ambruk, Wagimin bersama 20 anggota keluarganya pun memutuskan mengungsi di tempat yang aman di rumah saudaranya di Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.
Advertisement