Cuitan Donald Trump Dinilai Twitter Menyesatkan
Saat ini sedang berlangsung perhitungan suara elektoral Pilpres Amerika Serikat, Donald Trump 213 vs Joe Biden 238. Selisih suara antara calon presiden petahana dan capres kian tipis.
Donald Trump mulai mengejar ketertinggalan setelah memenangkan suara mayoritas di Texas sebanyak 38 suara dan Montana dengan tiga suara.
Perlu diketahui, warga Amerika tidak memilih langsung presidennya seperti di Indonesia. Mereka memilih suara electoral college, semacam mandat yang akan memilih presiden. Seorang capres butuh minimal 270 suara elektoral untuk jadi presiden yang dikumpulkan dari setiap negara bagian. Menang di negara bagian itu, artinya menguasai semua suara electoral college yang ada.
Donal Trump menuding Pilpres AS 2020 mau dicurangi. Lewat akun Twitter @realDonaldTrump, ia mengklaim unggul namun kubu Joe Biden mencoba mencuri hasil Pilpres.
Tak pelak, kicauan ini ditandai oleh Twitter. Media sosial ini memang sudah berjanji akan menandai postingan yang berpotensi menyesatkan dalam Pilpres AS 2020.
"Sebagian atau seluruh konten yang dibagi dalam Tweet ini diperdebatkan dan mungkin menyesatkan terkait proses pemilu atau sipil lainnya," kata Twitter.
Lewat akun @TwitterSafety bahwa Donald Trump membuat klaim yang berpotensi menyesatkan terkait pemilu. Langkah Twitter menurut mereka sesuai Kebijakan Integritas Sipil.
Kebijakan yang dimaksud adalah Twitter melarang postingan yang bersifat menyesatkan terkait partisipasi pemilu, tekanan dan intimidasi, penyesatan soal hasil pemilu, penyesatan atau kekeliruan terkait afiliasi politik.
Namun, langkah Twitter ini disambut protes oleh para pendukung Donald Trump. Menurut mereka Twitter melakukan sensor terhadap Trump dan membiarkan postingan serupa dari Joe Biden.
Advertisement