Buktikan Kecurangan, Cucu Pendiri NU Tantang KPU Mubahalah
Badan Pemenangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto - Sandiaga Salahuddin Uno menantang Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin, Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk melakukan mubahalah.
Tantangan itu dilontarkan oleh salah satu ulama pendukung Prabowo-Sandi, KH Solachul Aam Wahib Wahab atau Gus Aam, yang juga merupakan cucu salah satu pendiri NU, KH Wahab Hasbullah.
"Kita tantang KPU untuk melakukan mubahalah di depan kita (BPN) dan pihak sana juga (TKN)," kata Gus Aam, saat ditemui di Posko BPP Jatim, Jalan Gayungsari, Surabaya, Jumat 3 Mei 2019, sore.
Mubahalah sendiri, kata Gus Aam adalah prosesi pengambilan sumpah di bawah al-quran untuk mencari tahu siapa yang benar dan siapa yang curang dalam pemilu dan pilpres kali ini.
Gus Aam menyebut mubahalah ini adalah hal sama seperti sumpah yang dilakukan oleh Sugi Nur Raharja, alias Gus Nur belakangan ini.
"Dia harus memegang Al Qur'an. Dia disumpah oleh kiai yang paham dan ahli. Bukan sembarangan orang sehingga, nanti betul-betul akan menemukan kebenaran," kata dia.
Resikonya, kata Gus Aam pun tak main-main jika ada yang berbohong atau tak menepati sumpah mubahalahnya, maka pasti akan dilaknat oleh Allah.
"Kalau sumpah itu dilakukan dengan syariat islam pengaruhnya besar. Kalau kita yakin ya keyakinan akan tambah. Resikonya, kalau dia bohong ya nanti dia akan dilaknat oleh Allah," katanya.
Tantangan, mubahalah tersebut, kata Gus Aam sudah disampaikan kepada KPU, Bawaslu dan tim Jokowi-Ma'ruf. Ia berharap hal itu bisa segera dilakukan di sejumlah kabupaten/kota yang saat ini telah memasuki tahapan rekapitulasi suara.
Salah satunya, tantangan muhabalah itu sempat diminta di Kabupaten Sampang, Madura. Namun Gus Aam menyebut hal itu ternyata ditolak, lantaran pihak KPU tak berkenan melakukan hal tersebut.
"Keputusannya sudah ada, hanya tinggal kita sampaikan ke daerah, misalnya Sampang. Kemarin kita minta di Sampang, tapi gak tahu dilaksanakan atau tidak. Orang-orang KPU-nya gak ada yang mau, karena ini gak main-main," kata dia.
Gus Aam menambahkan, mubahalah ini adalah salah satu alat ukur kebenaran dalam Islam. Ini diusulkan karena Pilpres dan Pemilu 2019 ini dinilai banyak kecurangan.
Kecurangan itu, antara lain banyak ketidaksesuaian perhitungan suara di KPU yang berbuntut pengurangan suara Prabowo-Sandi di sejumlah daerah.
Gus Aam mengatakan, kecurangan itu sengaja dilakukan secara masif oleh sejumlah pihak. Hal itu tentu membuat selisih yang signifikan antara real count KPU, dan real count yang dilakukan BPP.
"Kemarin itu kita sudah sampaikan, termasuk saat ijtima ulama. Jadi memang ini salah satu cara alat ukur kita bahwa kita ini benar. Kalau mereka (mengaku) benar ayo disumpah. Ini alat ukur secara syar'i," katanya. (frd)
Advertisement