Cuci Darah Seminggu 2 Kali, Tak Pupuskan Semangat Agus Jadi Guru
Kisah inspiratif dan pantang menyerah ditunjukkan salah satu lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Ia adalah Agus Tinus Amin Tohari, yang mendedikasikan diri menjadi seorang guru profesional, ditengah proses cuci darah dua kali dalam seminggu yang dijalani.
Perjuagan Agus akhir membawakan hasil pada Sabtu, 9 Desember 2023 lalu, dirinya bisa lulus dan mengambil sumpah profesi bersama 415 peserta lainnya.
Agus menceritakan, niatnya sudah bulat untuk menjadi seorang guru sehingga berbagai rintangan pun bisa ia lewati. Harus berjuang dengan kondisi kesehatannya, tapi semangatnya tidak pernah surut.
Semangat yang ditunjukan bukan tanpa alasan, dirinya melihat pendidikan sebagai panggilan jiwa dan tekadnya untuk berbagi ilmu dengan generasi muda.
“Sejak kecil, saya sudah termotivasi ingin menjadi seorang guru. Ketika lolos tes studi Pendidikan Profesi Guru di Unusa, saya langsung semangat untuk melanjutkan mimpi saya itu. Saya ingin mengembangkan potensi dalam diri saya dan untuk anak-anak didik saya juga,” ucap Jumat, 15 Desember 2023.
Pria kelahiran 12 Agustus 1979 itu mengungkapkan, impian tersebut tumbuh dari keinginan kuatnya untuk memberikan dampak positif pada masyarakat melalui pendidikan.
Meskipun terkendala oleh kondisi kesehatan yang membutuhkan perhatian ekstra. Ia mengungkapkan juga bahwa istrinya menjadi salah satu motivasi kuatnya dan dukungan dari istri membuat perjalanan pendidikannya menjadi lebih mudah.
"Dukungan dari keluarga, terutama istri, benar-benar memberi saya kekuatan tambahan untuk terus berjuang dan mengejar impian menjadi seorang guru. Istri saya selalu memberi semangat, seperti selalu membawakan saya laptop dan menemani saya ketika waktunya cuci darah. Saya percaya bahwa pendidikan memiliki peran besar dalam membentuk masa depan generasi penerus," ujar Agus dengan penuh semangat.
Agus telah mengajar sejak tahun 2006, dan memulai karirnya sebagai seorang guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Watugolong 02, Krian, Sidoarjo.
Selama mengajar, Agus tidak pernah mengabaikan muridnya, ia selalu mengusahakan untuk datang ke sekolah walau hanya setengah hari dan harus menjalani cuci darah setelahnya.
“Saya selalu berusaha untuk tidak meninggalkan tanggung jawab saya sebagai guru, walaupun harus membagi waktu ketika ada jadwal cuci darah. Begitupun jika harus menjalani studi PPG ini, saya harus pintar-pintar dalam mengkondisikan diri saya, utamanya kesehatan,” ujarnya.
Bagi Agus perjuanganya sebagai guru sangat berkesan, ketika ia harus menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL). Saat itu, dirinya sempat mengalami drop, tapi hal tersebut akhirnya berlalu dan itu juga berkat dukungan penuh dari dosen-dosen pengajar di Unusa.
Agus mengungkapkan, dukungan dari dosen-dosen di Unusa menjadi pegangan kuat hingga akhirnya dia bisa berhasil dilantik. Ketika ada jadwal cuci darah yang bertabrakan dengan jadwal presentasi, Agus selalu berkoordinasi dengan dosen pengampu untuk meminta giliran pertama.
“Ketika ada jadwal presentasi yang bertabrakan, saya selalu meminta untuk sesi pertama karena ketika awal-awal itu kondisi saya masih stabil, dan disitu dukungan sekaligus perhatian dari para dosen sangat berarti bagi saya. Mereka juga sering memotivasi dan memberi solusi selama saya menjalani studi,” ungkapnya.
Suami dari Aulia Rahmawati itu berharap bagi teman-temannya, meskipun sudah selesai PPG, tetapi tetap harus selalu berjuang untuk menambah wawasan dan menambah pengetahuan, serta ilmu yang diperoleh dapat diaplikasikan kepada siapapun.
“Bagi siapapun itu jangan patah semangat jika mengalami kesulitan, apalagi sebagai seorang guru, sudah semestinya kita menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki dengan semaksimal mungkin bagi masyarakat luas,” tandasnya.