Cuaca Panas di Eropa Menggila, Picu Kebakaran dan Kematian
Suhu panas tidak hanya di Jakarta dan Bekasi. Negara Eropa juga mengalami cuaca panas yang ekstrem,. Suhunya bahkan mencapai 40 derajat jika dibanding Jakarta yang panasnya rata-rata 32 derajat celsius.
Cuaca ekstrem juga memicu banyak kebakaran hingga kematian yang terjadi di beberapa wilayah. Seperti barat laut Spanyol, dan permukiman di Wennington, Inggris.
Dampak Cuaca Ekstrem di Eropa
Mengutip dari Liputan6, Sekretaris Jenderal WMO dalam Konferensi pers di Jenewa menyampaikan.
"Kami memperkirakan melihat dampak-dampak besar pada agrikultur. Pada gelombang panas sebelumnya di Eropa, kita kehilangan sejumlah besar panen. Dan di bawah situasi terkini, kita sudah terkena krisis pangan global akibat perang di Ukraina, gelombang panas ini akan membawa dampak pada aktivitas-aktivitas agrikultur," ujarnya.
Dampak dari gelombang panas bukan hanya membuat situasi tidak nyaman, tetapi berbahaya karena bisa menjebak polusi dan mengurangi kualitas udara. Akibatnya, para lansia terdampak parah. Pada gelombang panas 2023, sekitar 70 ribu orang meninggal di Eropa. Dan di Portugal, terhitung sejak awal Juli hingga saat ini, telah dilaporkan sebanyak 1.063 terjadi kematian yang disebabkan oleh cuaca panas. Selain itu, Gelombang panas yang terjadi di 2022 juga memicu kebakaran hutan di Spanyol.
Cuaca Panas di Eropa akan Terjadi hingga 2060
Menurut WHO dalam kutipan Liputan6, gelombang panas akan terjadi lebih sering hingga tahun 2060-an. Gelombang panas di Eropa saat ini mungkin akan terus berlanjut hingga pertengahan pekan depan. lalu, WHO juga turut menyorot bahwa masalah gelombang panas ini akan berdampak langsung terhadap kesehatan. Akses untuk makanan dan minuman akan terkena risiko, juga ancaman kekurangan air.