CSR PLN Ubah Sumber Penyakit jadi Berkah Lewat Bank Sampah
Program PLN Peduli yang dikembangkan oleh Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bentuk Bank Sampah, mendorong masyarakat lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.
Kampung yang dulunya kurang terawat, sampah berserakan di mana-mana setelah bermitra dengan Bank Sampah kini tertata rapi. Bahkan ada yang beberapa kali menerima penghargaan. Sampah yang sebelumnya menjadi sumber penyakit kini bisa jadi uang setelah dikelola dengan baik dan benar.
Bank Sampah Mulyorejo
PLN Peduli saat ini telah memiliki sekitar 1.000 Bank Sampah yang tersebar di 12 kota di seluruh Indonesia, termasuk Surabaya. Dan salah satunya ada di Kelurahan Manyar Sabrangan Kecamatan Mulyorejo Surabaya Timur.
Bank sampah merupakan tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah.
Ketua unit Bank Sampah RT 01- RW 04 Kelurahan Manyar Sabrangan Mumpuni Sulistyo Wiratri (Sulis) mengatakan, berdirinya Bank Sampah di kampungnya setelah gagal mengikuti lomba kebersihan. Kampungnya tidak mendapat nomor karena dinilai masih kumuh, sampah dan botol bekas air mineral berserakan. "Kegagalan ini memunculkan ide untuk mendirikan Bank Sampah bermitra dengan PLN Peduli," kata Sulis, Senin 11 Oktober 2021.
Pelaksanaannya, setiap warga diserukan untuk memisahkan sampah organik dan non arganik. Yang organik untuk dijadikan pupuk sedang non arganik disetorkan ke Bank sampah. "Nasabahnya kami sekitar 120 orang. Dengan adanya pandemi Covid-19 yang setor sampah berkurang," kata Sulis yang merangkap Ketua RT.
Sulis mengatakan warganya rukun, guyub dan suka bergotongroyong. Meski bukan pengurus, waktu penimbangan sampah, mereka juga ikut membantu.
Sementara Bendahara Bank Sampah Bantaran Kali Manyar, Vira, mengatakan, uang hasil setoran sampah langsung ditabung, diambil kalau ada kebutuhan mendesak. "Yang rajin setor tabungannya tinggi-tinggi, ada yang sampai tiga juta rupiah lebih," kata Vera.
Tabungan di Bank Sampah itu tidak masuk anggaran rumah tangga, sehingga bisa digunakan untuk rekreasi dan makan-makan. "Moto kami, dulu sampah sekarang berkah," ujar Vera.
Menurut Vera sampah disetorkan tidak sebatas karton dan botol, tapi juga besi, logam, plastik bahka jelanta, atau minyak goreng bekas. Harga tertinggi dari jenis sampah adalah kuningan dan tembaga harganya antara Rp 45 ribu hingga Rp 75 ribu per kilo. Jenis lainya dibawah Rp 5 ribu per kilo. "Karena nasabahnya kebanyakan, emak-emak belum ada yang setor tembaga dan kuningan. Paling banyak kardus, botol dan plastik," ujar Vera.
Diganjar Penghargaan
Sampah yang sudah terkumpul itu kemudian disetorkan ke Bank Sampah Induk PLN Ngagel. Sejak Bank Sampah di Bantaran Kali Manyar didirikan tiga tahun lalu sudah lima menerima penghargaan dari Pemkot Surabaya. "Jelek-jelek kampung kami pernah dikunjungi Walikota Surabaya Pak Eri Cahyadi dan wakilnya Pak Samuji," kata Vera bangga.
Direktur Senior CSR PLN, Zubaidah sebelumnya menyampaikan program ini merupakan bentuk perhatian Badan Usaha Milik Negara pada pengelolaan sampah yang tepat guna.
Tercatat, sudah ada 1.000 bank sampah binaan PLN yang didirikan di 12 kota di seluruh Indonesia. Meski begitu jumlah itu masih sedikit dan belum dapat menjangkau seluruh masyarakat. Untuk itu, PLN mengundang masyarakat yang berminat mengelola Bank Sampah untuk bergabung dalam binaan PLN.
Untuk menjadi pengelola Bank Sampah binaan PLN, ada beberapa tahap yang mesti dilewati. Pertama setiap pelamar harus mengajukan proposal.
Setelah proposal di survei, maka tahap selanjutnya adalah survei lapangan untuk mengecek kesiapan teknis setiap pelamar. Tetapi, bagi pelamar yang belum memenuhi syarat, dapat bekerjasama dengan bank sampah lain untuk mengelola secara bersama-sama, kata Zubaidah.