Takut Covid, Terapi Tradisional Tabib Wang Lebih Diminati
Untuk menyembuhkan penyakit, salah satu alternatif yang bisa dicoba adalah terapi tradisonal. Seperti bekam, pijat refleksi, akupuntur, pijat acupressure, dan kerokan ala China, gua-sha. Di Jombang, terdapat seorang terapis yang mahir kelima teknik pengobatan itu.
Selama masa pandemi Covid-19 ini, terapi tradisional tersebut ternyata lebih diminati oleh para pasien. Fenomena itu
Adalah Lewang Hadi Sunaryo, terapis sekaligus pemilik Griya Therapy Pondok Sehat Al-Wahida yang berlokasi di Dusun Katerban, Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pria asli Banyuwangi itu sudah menggeluti dunia pengobatan tradisional sejak 1994.
Pria yang akrab disapa Tabib Wang ini mendapat pengetahuan kelima pengobatan itu dari membaca, belajar dari beberapa orang soal teknik pengobatan ala China, serta mengambil konsentrasi jurusan akupuntur.
“Saya memang suka belajar dan ingin tahu hal baru. Pengetahuan yang saya peroleh ada yang dari membaca dan belajar dari orang lain” kata Lewang kepada Ngopibareng.id pada Jumat, 5 Juni 2020.
Berkecimpung di dunia pengobatan sejak lama membuat pria kelahiran 1972 itu sering didapuk menjadi narasumber pengobatan tradisional. Di luar itu, Lewang tak pelit membagikan ilmunya ke sejumlah orang yang ingin mempelajari berbagai teknik pengobatan tersebut.
Naik Dua Kali Lipat
Di tengah pandemi ini, pasien yang datang jumlahnya dua kali lipat jika dibandingkan sebelum wabah Covid-19. Tepatnya sejak pertengah Maret 2020 hingga sekarang.
Sebagian besar pasien yang datang berasal dari wilayah Jombang, Kediri dan Mojokerto. Selain itu mereka berusia 60 tahun ke atas. Pasien ini merupakan pasien rutin pria yang akrab disapa Lewang sejak sebelum pagebluk Covid-19 melanda Indonesia.
Jumlah pasien yang bertambah ini ternyata berdasarkan rekomendasi dari pasien lamanya kepada kerabat dan sanak saudaranya. Sementara itu, untuk menghindari adanya pasien yang mengantre, Lewang mengakalinya dengan menjadwal pasien yang datang.
Sebelum berobat, pasien harus menelepon dan membuat janji lebih dulu dengannya. Kendati demikian, jika ada pasien baru, dia tetap melayaninya.
Sementara itu, penyakit yang diderita pasien lebih didominasi penyakit berat seperti diabetes, stroke, dan kanker. Mereka tidak mau berobat ke rumah sakit lantaran takut tertular virus.
“Jumlah pasien naik dua kali lipat, rata-rata mereka yang di usia di atas 60 tahun dan penyakitnya berat. Di antaranya diabet, stroke dan kanker. Mereka khawatir berobat di rumah sakit karena takut tertular” jelasnya.
Dalam mengobati pasien pun Lewang mematuhi protokol kesehatan yang ada, seperti memakai masker dan hand sanitizer. Uniknya, Lewang mengganti hand sanitizer dengan minyak telon. Selain itu membalur masker dengan minyak tersebut. Hal itu merupakan rahasianya untuk menumpas virus.
“Segala jenis virus yang badannya mengandung lemak protein kalahnya sama minyak atsiri, seperti minyak telon atau kayu putih. Minyak tersebut bisa merusak sel tubuh virus dan mencegahnya datang kembali. Itu pengetahuan sudah sejak zaman dahulu” tegasnya.
Malaysia dan Filipina
Hal menarik lainnya, lantaran sudah banyak makan asam garam dalam dunia pengobatan, Lewang bisa mendeteksi penyakit pasien dengan mudah. Dia bisa membaca penyakit pasien melalui kelima panca indera tubuh manusia. Mulai dari mata, telinga, hidung, mulut, dan lidah.
Mata sebagai indikator liver, lidah indikator jantung, mulut indikator lambung, hidung indikator paru, telinga indikator ginjal. Selain itu ada pula telapak dan jari tangan yang digunakan untuk mengetahui masalah di usus dan jantung. Bahkan terkadang dari suara dan gesture tubuh sudah terlihat penyakitnya.
“Dari suara dan gerakan tubuh sudah terlihat penyakitnya. Kalau suaranya lemes dan duduknya nggak bersemangat berarti sakit lambung, karena terlalu mikir. Suaranya semangat sakitnya jantung lantaran terlalu bahagia. Selain itu bisa juga melihat kelima panca indera, semua itu ada ilmunya bukan ghaib” ujarnya.
Sementara itu, di tengah berkembangnya teknologi, untuk promosinya sendiri Lewang hanya mengandalkan metode Getok Tular. Saking hebatnya metode tersebut, Lewang dipercaya mengobati sejumlah tokoh besar dan murid pondok pesantren yang tersebar di Jombang dan Kediri. Selain itu juga pasien dari luar negeri, khususnya Malaysia dan Filipina.
“Saya metodenya cuma getok tular saja, itu pun ampuh sekali. Seringnya mengobati tokoh pondok pesantren dan muridnya di area Jombang dan Kediri. Ada juga kemarin sempat datang dari Malaysia dan Filipina,” tuturnya.
Tiga Teknik Pengobatan
Dalam mengobati pasien, pria yang hobi membaca ini mengombinasikan tiga teknik, diantaranya sentuhan, nutrisi dan meditasi. Yang dimaksud dengan sentuhan, seperti terapi bekam, akupuntur, pijat refleksi dan acupressure, serta kerokan ala China (gua-sha). Saat melakukan kelima teknik tersebut, Lewang juga memasukkan bacaan doa dan ayat suci Al-Quran.
“Penyakit itu datang dari ketidakseimbangan energi dalam tubuh, baik terlalu panas maupun dingin. Pengobatan dasarnya melalui sentuhan, melalui ini ada transportasi energi agar mempelancar yang tersumbat. Suplai energinya sendiri diperoleh dari energi kuantum spiritual doa,” jelasnya.
Sementara itu, ia menambahkan, untuk nutrisi dilakukan dengan menjaga asupan makanan. Antara lain memakan makanan yang bertekstur lembut (bubur gandum), meminum air rebusan beras yang dicampur dengan sedikit garam, air kelapa dengan madu, dan obat herbal lainnya.
Terakhir, teknik meditasi dilakukan dengan memperbaiki emosi pasien. Ternyata di dalam organ tubuh manusia masing-masing mewakili lima unsur yang berbeda. Ginjal memiliki emosi rasa takut, jantung emosi bahagia, liver emosi marah, paru-paru emosi sedih, dan lambung emosi akibat berpikir keras.
Sehingga untuk mengatur emosi ini, Lewang biasanya mengajak pasien untuk bermeditasi dengan mata terpejam dan mengucapkan kalimat Ya Allah, aku mencintai dan memaafkan diri sendiri. Menurutnya, kalimat tersebut menang dalam melawan penyakit emosi apapun. Ketiga perpaduan metode ini adalah teknik pengobatan yang efektif.
“Perpaduan ketiga teknik pengobatan itu saya anggap paling efektif. Jika kebanyakan terapi gagal, itu karena cuma ada salah satu tehnik yang dipakai” tutupnya.